Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Yeremia 11



TUHAN AKAN MELINDUNGI ORANG YANG BERANI MENYUARAKAN KEBENARAN
YEREMIA 11 : 18 – 20

PEMBUKA
Nabi Yeremia yang dilahirkan di kota Anatot adalah seorang nabi yang masih berusia muda pada jamanya. Dia adalah seorang nabi yang terkenal sangat taat dan jujur serta tegas dalam pemberitaan firman Tuhan. Pada saat nabi Yeremia bekerja memberitakan firman Tuhan, situasi kota Yerusalem sedang buruk karena masayarakat sudah jauh dari Tuhan, sehingga dia meramalkan nasib buruk kota Yerusalem yang akan dijajah Babel dan nasib buruk Zedekia yang akan ditawan ke Babel, dan bahkan tidak ada gunanya Yehuda berperang melawan Babel. Sejumlah penduduk Anatot melakukan persongkolan untuk menahan Yeremia; mereka ingin membunuhnya karena ia tetap setia kepada Tuhan yang Mahakuasa dan menyingkapkan dosa-dosa dan penyembahan berhala mereka. Allah meyakinkan nabi itu bahwa orang-orang yang berkomplot itu tidak akan berhasil dalam rencananya juga tidak lolos dari hari penghukuman. Yeremia terus memberitakan firman Allah sekalipun mengalami penganiayaan.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita semua diperhadapkan dengan satu dilema antara menyuarakan kebenaran atau tidak. Gereja seringkali dituntut untuk meyuarakan kebenaran melalui suara kenabiannya. Namun yang menjadi persoalannya adalah ketika gereja berani menyuarakan sekaligus mengkritik orang-orang yang melakukan perbuatan tercela, misalnya seperti pejabat yang korup, judi, miras dan perbuatan tercela lainnya melalui kotbah di mimbar atau dalam pertemuan pelayanan lainnya, gereja tersebut dianggap telah menyinggung perasaan. Misalnya ketika warga jemaat ada yang merasa terganggu dengan kotbah yang disampaikan oleh para hamba Tuhan justru memarahi hamba Tuhan tersebut. Dan bahkan ada yang meminta agar hamba Tuhan tersebut dipindahkan dari gereja tersebut. Dalam hidup bertetangga, ketika kita melihat ketidakberesan dengan sesama, ketika kita menegur perilaku buruk tersebut justru dianggap mencampuri urusan orang lain. Pada dasarnya setiap orang yang menyuarakan kebenaran akan mengalami suatu dilema. Menyampaikan akan menyinggung perasaan orang lain, tetapi bila tidak kita sampaikan maka hal itu juga bisa menjadi beban bagi hidup kita.
ISI
Pemberitaan Firman Tuhan yang kita dengarkan bersama-sama pada saat ini memberikan satu contoh sekaligus teladan yang berharga bagaimana seorang Nabi Tuhan menghadapi dilema dalam menyuarakan kebenaran dari Tuhan. Konteks Firman Tuhan saat ini berbicara tentang bagaimana nabi Yeremia menubuatkan murka Tuhan yang akan menimpa umat Yehuda dan Yerusalem. Allah telah mengikat perjanjian dengan nenek moyang bangsa Israel bahwa Tuhan akan senatiasa menyertai mereka dengan catatan orang Israel tetap setia mendengarkan Suara Tuhan (11: 4 – 5). Tetapi sangat disayangkan orang Israel justru mengingkari dan tidak mau mendengarkan suara Tuhan. Bahkan mereka justru menyembah ilah-ilah lain. Itulah sebabnya, Allah menyuruh Yeremia untuk menyuarakan kebenaran suara Tuhan dan menyampaikan berita penghukuman dan kutukan kepada umat Yehuda. Hal ini merupakan suatu tugas yang sangat berat. Disamping menyuarakan kebenaran, Yeremia juga harus menyampaikan kabar penghukuman dan kutukan kepada bagsa itu. Tentu bangsa atau orang yang mendapat berita bahwa dia akan dihukum dan dikutuk akan sangat marah, dan ini juga yang dialami oleh Yeremia, bahkan saudaranya sendiri yang pertama kali membunuhnya ketika ia menyampaikan berita tersebut.
   Dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih takut kepada orang-orang yang lebih berkuasa dari kita dibandingkan kepada Tuhan. Misalnya dalam suatu lingkungan pekerjaan, kita lebih cenderung takut kepada atasan atau orang yang dihormati dalam lingkungan pekerjaan kita tersebut. Sehingga ketika mereka melakukan kesalahan atau tindakan yang tidak benar, kita cenderung menjadi terdiam. Kita takut untuk menegur atasan kita tersebut meskipun kita telah mengetahui bahwa sebenarnya apa yang dilakukannya tidak sesuai dengan perintah Tuhan. Yang penting saya tidak dipecat dan atasan saya senang dan bahkan dalam hal ini timbul istilah ABS (Asal Bapak Senang). Namun dalam pemberitaan Firman yang kita dengarkan pada saat ini, dalam ayat ke 18 kita dapat melihat, meskipun Yeremia mengalami dilema dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya, namun akhirnya dia tetap setia dan berani menyuarakan suara kebenaran meskipun dia harus menanggung resiko yang sangat berat. Dia harus mengkritik pemerintahan dan bangsanya pada saat itu yang tentunya lebih kuat dan lebih berkuasa dari Yeremia. Di dalam kehidupan bangsa kita sendiri juga pernah ada suatu masa, yang mana ketika orang menyampaikan suara kebenaran dengan mengkritik pemerintah maka orang tersebut akan hilang atau bahkan mati.
Pada saat itu kita mendengar ada istilah PETRUS atau Penembak Misterius. Salah seorang pendeta yang juga adalah dosen kami di Fakultas Teologi UKSW pada saat itu diancam ketika dia berani menyampaikan suara kebenaran dengan mengkritik pemerintahan. Setiap pagi pendeta tersebut harus melihat mayat berada tepat di depan pintu rumahnya. Dia bukan hanya mengkritik pemerintah pada saat itu, tetapi juga mengkritik PGI yang hanya berdiam diri saja dan tidak mendukungnya untuk menyuarakan suara kebenaran. Bahkan PGI mengatakan kepada pemerintah bahwa pendeta tersebut adalah pendeta yang sudah gila. Dari sini kita dapat melihat bagaimana konsekuensi atau resiko yang harus kita tanggung ketika kita berani menyuarakan kebenaran tersebut. Ini yang menjadi tantangan bagi kita pada saat ini, sebagai umat Tuhan, apakah kita berani dan mampu untuk menyuarakan suara kebenaran tersebut?
Pada ayat ke-19 kita dapat melihat bagaimana konsekuensi ketika Yeremia menyampaikan suara kebenaran kepada bangsanya telah menimbulkan kebencian dan kemarahan dari bangsanya sendiri. Bahkan ada keinginan bangsa tersebut untuk membunuh Yeremia. Bahkan orang yang pertama kali ingin membunuhnya justru saudara-saudaranya sendiri yang ada di Ananot. Melihat situasi seperti itu, rasa kemanusiaan Yeremia muncul, yaitu dia mengalami kecemasan, kekawatiran bahkan ketakutan. Dia merasa seperti anak domba jinak yang siap untuk disembelih. Bahkan dia juga mengumpakan dirinya sebagai pohon yang akan dibinasakan. Hal ini menunjukkan bahwa Yeremia akan dibunuh agar dia tidak ada lagi di dunia ini. Tentu hal ini adalah resiko yang sangat berat, namun Yeremia tetap setia kepada tugas yang diberikan Tuhan kepadanya karena dia yakin bahwa Tuhan senantiasa akan selalu melindunginya.
Semula Yeremia tidak menyadari sikap jahat orang-orang sekitarnya kalau Tuhan tidak membukakannya kepadanya (11:18-19). Adalah manusiawi bila Yeremia sedih ketika menyadari hal tersebut. Bahkan berbalik mempertanyakan keadilan Allah terhadap dirinya. Sesetia dan sekuat apa pun diri Yeremia, ia tergoncang juga oleh kejadian tersebut.
Yeremia mengajukan pergumulan manusiawinya lebih lanjut demi memahami aspek keadilan tindakan Allah. Mengapa kepada orang yang tidak benar, tidak setia, perusak lingkungan, sepertinya diberi kebahagiaan sampai keturunannya (12:1-2). Bagi Yeremia mereka pantas dihukum karena merekalah biang keladi kerusakan umat (3, 4). Jawab Tuhan menantang Yeremia untuk bersikap dewasa dan teguh dalam panggilan-Nya. Ia harus berani, harus menerima ancaman dan bahaya tersebut sebagai bagian yang justru menjadi alat Tuhan menempa dia mampu memikul tugas dan menghadapi tantangan lebih hebat di depan. Apa pun tantangan yang menghadang dari luar, Tuhan berdaulat dan berkuasa memakainya secara luar biasa
Akhirnya, pada ayatnya yang ke-20, Yeremia menyerahkan segala perkaranya kepada Tuhan yang akan menghakimi dengan adil dan akan melakukan pembalasan. Berbagai macam perlakuan jahat dialami Yeremia, sampai nyawanyapun terancam. Orang-orang Anatot yang menolak kebenaran pemberitaan firman-Nya terusik untuk melenyapkan Yeremia karena hati mereka justru dipenuhi dengan kegeraman dan kemarahan (19). Sesungguhnya mereka tidak tahan mendengar kebenaran firman-Nya yang telah membongkar ketidaksetiaan dan dosa mereka kepada Allah, namun mereka mengeraskan hati untuk bertobat, maka hamba-Nya yang menjadi sasaran kemarahan mereka. Tuhan ada di pihak hamba-Nya dan tidak membiarkan hamba-Nya dikuasai oleh orang-orang yang memberontak kepada-Nya.
Yeremia telah melakukan seturut kehendak dan perintah-Nya, maka sepenuh hidupnya menjadi tanggung jawab yang mengutusnya, yakni Allah sendiri. Ketika ada maksud jahat dari orang Anatot, segera Tuhan memberitahukannya kepada Yeremia (18). Pada mulanya Yeremia tidak pernah berprasangka buruk terhadap orang-orang Anatot yang dilayaninya, namun Tuhan yang membukakan kebusukan hati mereka kepadanya. Mereka bersepakat melenyapkan Yeremia agar suara kebenaran-Nya tidak lagi terdengar, dengan demikian amanlah hidup mereka dalam dosa. Namun Tuhan yang menguji batin dan hati membongkar semuanya. Setelah Yeremia mengetahui semuanya, ia kembali menyerahkan perkara dan hidupnya kepada Tuhan (20). Inilah langkah tepat yang telah diambil Yeremia, karena ia yakin bahwa Tuhan sendiri yang akan mendatangkan hukuman dahsyat atas mereka pada waktu yang telah ditentukan-Nya (22-23).
PENUTUP   
Dalam bacaan nats ini diperlihatkan bagaimana kisah Yeremia yang memberitakan tentang rencana penghukuman terhadap bkota Anatot makin menimbulkan suasana panas. Sebagian orang (mendengar) makin yakin tentang rencana Allah. Sebagian lainnya (para imam kepala dan orang-orang farisi) justru makin yakin dengan pendapat mereka bahwa Yeremia pantas ditangkap dan disingkirkan karena ia berpotensi meresahkan masyarakat. Pesan yang dapat dipetik dari cerita diatas adalah bahwa mengenai pemberitaan firman Tuhan itu memang mengandung resiko. Ada kemungkinan jika kita bertindak benar, jujur dan adil di tengah-tengah kebohongan dan kepalsuan hidup pada masa kini, kita juga akan menghadapi aneka tekanan dan ancaman serta teror, dan kita merasa sendirian.
Pada saat ini, melalui pemberitaan Firman pada saat ini kita sebagai orang percaya diajak untuk terpanggil menjadi penyuara-penyuara kebenaran dimanapun kita berada. Di tengah kehidupan bangsa kita yang mengalami krisis moral dan banyak terjadi tindakan-tindakan yang tidak adil bagi mereka yang lemah, adakah keberanian bagi diri kita untuk menyuarakan kebenaran sama seperti yang dilakukan oleh Yeremia? Hal ini tentu merupakan tugas yang sangat berat untuk kita lakukan. Dalam menyuarakan suara kebenaran pasti ada tantangan yang kita hadapi. Jangan mundur, tetapi tetaplah setia seperti Yeremia yang menyerahakn segala perkara yang kita hadapi kepada Tuhan. Keyakinan dan kepercayaan kita kepada Tuhan akan membantu diri kita sendiri bahwa Tuhan akan senantiasa yang melindungi kita ketika kita berani menyuarakan suara kebenaran. Jika kita  mengalami atau menghadapi berbagai masalah dan ancaman dalam memberitakan kebenaran dan kejujuran, marilah kita tetap tegar, lemah lembut dan rendah hati, setia pada tugas dan panggilan kita dan dalam hati berdoa seperti Yeremia :”Kepada-Mulah kuserahkan perkaraku”. Sebab kita percaya bahwa Tuhan senantiasa menyertai dan mendampingi kita. Percayalah bahwa kebenaran, keadilan dan kejujuran pasti akan menang atas kebohongan, kepalsuan dan ketidak adilan. Amin




Pdt. Erik Sunando Sirait
Pdt. Erik Sunando Sirait Anak Pertama dari 7 bersaudara, ibu yang melahirkan boru Simalango (Parna), Istri Lilis Suganda Lumban Gaol dan sudah dikaruniakan 3 Putri yang cantik Sheena Syelomitha Sirait Serefina Faith Sirait Shiloh Hope Sirait

Post a Comment for "Yeremia 11"