Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dogma Tentang Allah


Pemahaman Dogmatika tentang Allah
I.                   Pengantar
             Dalam pengakuan iman yang bunyinya “ Aku percaya kepada Allah” yang memiliki arti bahwa kita akan mengenal Allah melalui Yesus Kristus karena tidak seorangpun yang dapat pernah melihat Allah. lalu bagaimana kita mengenal Allah ?  Maka jawabannya adalah Allah yang menyatakan diri-Nya di dalam Yesus Kristus (Yohanes 1:18). Ajaran dogma  merupakan suatu doktrin yang lahir dengan dilatarbelakangi suatu upaya apologetis  yaitu untuk membela dan mempertahankan iman gereja yang dianut. Upaya apolegetis yang muncul merupakan reaksi terhadap serangan ancaman dari yang menguji ajaran gereja  baik itu ancaman internal bahkan ancaman eksternal. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dari pemahaman setiap manusia. Perbedaan dari hal inilah yang akhirnya melahirkan mazhab dan denominas keberagamaan yang terjadi ini merupakan keberagamaan yang bukan yang terjadi di lingkungan gereja saja tetapi juga dalam kehidupan keberagamaan yang lainnya, oleh karena itu dogma dari ajaran seperti gereja haruslah kuat untuk melindungi dari keyakinan iman yang dimiliki umat kristen saat ini. Gereja harus memiliki pedoman yang kuat dan dasar yang kuat untuk mempertahankan berbagai serangan/ ancaman yang akan meragukan iman dan kepercayaan dari gereja
            Ancaman yang datang kepada gereja masa kini dari  pihak luar yang mengkritik dan mempertanyakan dan ingin merusak ajaran kristen dengan maksud untuk menyalahkan, meniadakan bahkan menghancurkan keutuhan dari gereja yang dilakukkan melalui serangan- serangan polemik tentang berbagai pokok ajaran gereja membuat gereja dalam posisi bertahan dalam menghadapi serangan itu dengan membeladiri, berapologi tentang ajaran yang diimaninya. Hal ini  sudah terjadi sejak abad-abad pertama dan karena  itulah rasul Petrus menghimbau orang percaya “ siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggung jawab kepada  tiap-tiap orang yang meminta pertanggung jawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat “( 1 petr 3: 15b) dari konteks pernyataan rasul Petrus ini melahirkan motif tentang doktrin gereja tentang Allah baik itu Allah Trinitas,maupun Allah Tritunggal.[1] Sesungguhnya Allah telah bersemayam dalam terang yang tak terhampiri (1 Tomiteus 6:16) tidak seorangpun yang pernah melihat Allah (1 Yohanes1:18) berdasarkah hikmatnya sendiri dunia ini tidak dapat mengenal Allah. Tetapi Allah yang hidup itu tidak berdiam diri dan bersembunyi di dalam sorga melainkan ia menyatakan diri pada masa lampau. Dan ia menyatakan diri juga kepada kira sekarang. Maksudnya adalah bahwa ia sendiri datang kepada kita dan memperkenalkan diri-Nya. Perbuatan Allah itu sendiri disebut sebagai penyataan-Nya. Kesaksiannya terdapat dalam Alkitab dan diteruskan kepada kita oleh pemberitaan gereja. Demikianlah kita bersekutu dengan Allah yang hidup [2]
A.    Allah menurut Perjanjian Lama
            Menunujuk pada sang pencipta dalam bahasa Ibrani terdapat dua kata yaitu “YHWH” dan “ Elohim ”. YHWH adalah nama yang teramat suci, bermankna sangat agung yang mana orang Israel yang menjadi bangsa pilihan Allah merasa kurang layak untuk mengucapkan “YHWH”, maka mereka menggantinya dengan memanggil dengan panggilan yaitu “ Adonai” yang artinya TUHAN. Sebutan itu menunjjuk kepada Tuhan Semesta Alam atau Tuhan dari segala Tuhan yang segala sesuatu tunduk kepada-Nya. Kata YHWH nama sang pencipta yang memperkenalkan diri pada Musa ( Kel3:15-16) yang artinya “ Aku adalah Aku” yang menekankan beradaan diri sang Pencipta. Istilah Elohim diterjemahkan dengan kata Allah yang berasal dari bahasa Arab “ Al-Ilah” yang menunjukkan kepada yang mempunyai kekuatan besar diluar jangkauan manusia[3]. Dalam Perjanjian Lama Allah tidak langsung menyatakan diri-Nya kepada umat Israel seperti yang dilakukan Allah dalam Perjanjian Baru melalui Yesus Kristus. Tetapi Allah menyatakan diri-Nya kepada umat melalui perbuata-Nya
            Allah melakukan banyak perbuatan yang besar diantara Israel dan berfirman kepada umat-Nya itu dengan perntaraan para nabi. [4] Dalam Perjanjian Lama Allah tidak mengikat diri dan bebas menurut hakikat-Nya yaitu kudus (Yesaya dan Yehezkiel). Dalam Perjanjian Lama pada hakikat-Nya Allah itu adalah Tuhan yang penekanannya pada transendensi Allah. Allah juga memperkenalkan diri-Nya melalui pesuruh( nabi), abut, wajah, cahaya, nama, firman, hukum dan perjanjian. [5] Allah menyatakan diri-Nya kepada umat Israel melalui tindakan Allah kepada umat Israel. Seperti contoh : Allah yang menuntun mereka dari tanah Mesir dan memberikan mereka tiang awan dan tiang api, telur puyuh, manna dll. Allah membeaskan mereka dari tulah yang menghukum bangsa Mesir. Melalui perbuatan Allah juga manusia dapat mengenal Allah
B.     Allah menurut Perjanjian Baru
            Allah dalam Perjanjian Baru adalah Allah Yang Esa. Allah dalam Perjanjian Baru  identik dengan Allah yang Tritunggal hal itu lebih ditekankan oleh F.Courth bahwa Yesus sang Kristus lah yang yang diandaikan sebagai iman akan Allah Tritunggal dan kepercayaan itu di dorong oleh faktor utama kebangkitan yang terjadi pada Yesus. Kepercayaan yang berakar dalam pewartaan Yesus dimulai dari penampakan penampakan mengenai Yesus. hanya kepercayaan kepada Allah, sang Bapa maka pengakuan iman akan Yesus memiliki bobotnya : Yesus telah bangkit itu dikenal sebagai Anak Allah (Rm 4:1) dan siapa dan apa Yesus sebenarnya hanya dapat diakui baik sebelum dan sesudah kebangkitan dari Yesus  dengan bertolak dari bapa saja. begitu juga sebaliknya Allah para leluhur, sejak sekarang ditentukan oleh sebutan “Bapa Tuhan kita Yesus Kristus ( bnd. Rm  15:6; 2 kor 11:31; ef 1:3; kol 1:3 ;1 petr 1:3) [6]
            Dalam Perjanjian Baru Allah mengikta diri-Nya dalam Yesus Kristus. Allah memiliki hakikat-Nya yaitu mengasihi. Ia yang menyerahkan diri kepada kita melalui kayu salib dan mmeberikan keselamatan bagi manusia berdosa. Dalam Perjanjian Baru  Allah adalah Kristus yang menyelamatkan yang berbeda dengan manusia dan mempersatukan diri dengan-Nya[7] Allah hanya dapat dikenal melalui perantaraan dirinya sendiri , tetapi Allah sudah meyatakan Dirinya sendiri dalam kedatangan Yesus Krsitus ; dan oleh Roh kudus ia membuat kita kenal denganya, dengan kata lain sesungguhnya kita dapat Mengenal Allah dengan sangat jelas sebab dia sudah langsung menyatkan dirinya seperti :
1.      Allah menyatakan dirinya di dalam Yesus kristus seperti dia memberikan kita keselamatan melalui Yesus Kristus yang adalah keselamatan kita. Allah menyatakan melalui Yesus Kristus dengan melalui kasih yang dilakukkan Yesus Kristus kepada semua umat manusia  sebab itu ditunjukkan  dalam 1 Yoh 4:8  “ Allah adalah kasih” hal itu menunjukkan pernyataan Allah bahwa dia adalah Yesus Kristus Kasih yang dilakukan Yesus Kristus itulah yang membuktikanya. Allah adalah kasih artinya Allah yang secara konkrit mengasihi dunia, mengasihi manusia demikianlah Allah menyatakan dirinya dengan bukti langsung  yang dilakukan Yesus karna itulah pada hakekatnya Allah itu Kasih [8]. Dalam Perjanjian Baru Allah menyatakan diri-Nya secara langsung yaitu melalui Yesus Kristus. Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib untuk menanggung dosa manusia adalah penyataan Allah secara langsung
2.      Allah menyatakan diri dalam Roh menjukkan pada Yoh 4: 24 “ Allah itu Roh”. Allah menyatakan diri sebagai roh karena pertentangan yang dikemukakan dalam perjanjian baru mengenai sarx. Sarx ini sebenarnya dalam bahasa yunani artinya daging tetapi dipergunakan dalam Perjanjian Baru segenap tubuh manusia ( secara tubuh dan jiwa) yang berada dalam kuasa dosa. Allah menunjukkan bahwa dia Roh . Allah dapat mengalahkanya dan dapat bekerja di dalam hati kita untuk melepaskanya sehingga membuat manusia menjadi makhluk yang baru dan hal itu menunjukkan bahwa Allah itu dapat menjadi Khalik[9]. Allah bukanlah seperti pikiran manusia mempunyai tangan, mata, telinga dan anggota tubuh lainnya. Melainkan Allah mampu untukmengubah wujud dalam bentuk apapun termasuk Roh. Maka manusis sebetulnya tidak mampu menggambarkan dan memikirkan seperti apakah Allah itu yang sebenarnya. Tetapi melalui iman dan penyataan Allah sendiri Ia memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Manusia memiliki keterbatasan untuk mengenal Allah karena manusia telah dibatasi oleh dosa sehingga manusia sangat sulit untuk melihat penyataan Allah tanpa inisiatif Allah itu sendiri. Allah telah menyatakan Diri dalam kedatangan Yesus Kristus dan oleh Roh Kudus Ia membuat kita mengenal Dia. Allah di dalam Roh berbicara secara konkrit dan realitas. Allah yang hidup bertindak dan berfirman[10].

II.                Hakekat dan Sifat Allah
A.    Hakekat Ilahi
Allah bukanlah gagasan semata, yang ada dalam imajinasi manusia dan kenyataan objektif yang lemah; tetapi ALLAH ADA. “AKU ADALAH AKU” (Kel 3:14). “AKU ADALAH” ini adalah kenyataan; Ia adalah Yang Mutlak dan ADA yang Tertinggi. Sebagai bandingannya, ilah-ilah orang kafir itu “hampa”; allah-allah ini tidak hadir sebagai allah yang nyata, melainkan hanya ada di dalam pikiran para penyembahnya (Yes 41:24; 1 Kor 8:4). Allah tidak bersifat material, yang kasat mata dan bisa dicerap dengan indera imajinasi kita “ALLAH ADALAH ROH” (Yoh 4:24). Tak seorang pun tahu terdiri dari apa hakekat rohani Allah ini. Tetapi, Allah bukanlah sesuatu yang tidak terlihat, “sesuatu” yang tidak hidup, bukan omnia agens, penggerak pengendali alam, bukan sekedar azas yang hidup dalam diri manusia, hewan dan tumbuhan. ALLAH ADALAH ADA YANG BERPRIBADI. “AKU ADALAH”, firmanNya. Itu adalah Ada yang Berpribadi berbicara kepada Musa, suatu ada yang berbeda dengan segala ada dan daya yang diciptakan. “Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan” (Kol 1:16).
Allah tidak tercipta dari sesuatu yang sudah ada sebelum Dia, atau keberadaanNya bergantung pada sesuatu selain Dia; ALLAH DAN HADIR DARI DAN OLEH DIRINYA SENDIRI. “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian;tidak ada Allah selain dari padaKu(Yes 44:6). Semua ada (beings) yang lain ada dari dan di dalam Allah (Kis 17:28); tetapi keberadaan Allah berpusat pada DiriNya sendiri. Ia mempunya hidup di dalam diriNya sendiri” (Yoh 5:26).
Kadang kala Alkitab berbicara tentang Allah bagaikan seorang manusia yang memilki lengan, tangan, jari, wajah (Kel 6:6;Ef 1:20;Luk 11:20;Bil 6:24-26). Bahasa kiasan yang menyangkut Allah semacam ini disebut antropomorfisme; itu adalah suatu adaptasi menurut pikiran kita yang terbatas, yang tidak bisa menyelami dan menghayati hakekat rohani Allah yang tak terbatas. Di sorga kita akan melihat Allah sebagaimana Ia adanya, dalam seluruh keindahan, kekudusan dan kasihNya yang tak terungkapkan (1 Yoh 3:2).[11]
B.     Sifat-sifat Allah
·         Allah Yang Maha Esa
Oleh konsep ini “Maha Kuasa” pengakuan menamai sifat Allah, kesempurnaan Dia yang sebelumnya disebut Allah Bapa. Pengakuan hanya mengenali sifat Allah yang satu ini. Kemudian ketika mencoba dibuat untuk berbicara secara sistematis tentang Tuhan dan untuk menggambarkan sifat-sifatNya, manusia menjadi lebih banyak bicara. Mereka berbicara tentang ketuhanan Allah, yang didasarkan pada diriNya sendiri bahwa mereka berbicara tentang ketidakterbatasan Allah di dalam ruang dan waktu, karena itu kekekalan Allah. Dan orang-orang berbicara dengan tangan lain tentang kekudusan dan kesungguhan Tuhan, belas kasihan dan kesabaran. Kita harus tahu jelas bahwa apa yang kita katakan tentang Tuhan dalam konsep manusia semacam itu tidak akan pernah bisa lebih dari sekedar indikasi Dia; Tidak ada konsep seperti itu yang benar-benar dapat memahami sifat Tuhan. Tuhan tidak terbayangkan. Apa yang disebut kebaikan Tuhan dan kekudusan Tuhan tidak dapat ditentukan oleh pandangan yang kita miliki tentang kebaikan dan kekudusan, tetapi ditentukan dari apa adanya Tuhan. Dia adalah Tuhan,Dia adalah kebenaran. Hanya secara derektif, dalam arti sekunder, kita bisa berusaha mengambil firmanNya di bibir kita. Di dalam Pengakuan Iman ada berdiri 3 menggantikan semua kemungkinan sifat Tuhan, yang satu ini bahwa Dia yang Maha Kuasa dan secara signifikan hubungan dengan ungkapan “Bapa”. Yang menjelaskan bahwa Bapa adalah Bapa yang Maha Kuasa dan Maha Kuasa adalah Bapa.
“Tuhan Maha Kuasa” berarti dalam hal ini pertama bahwa Dia mampu. Dan mampu mungkin berarti kemampuan, kemungkinan mengingat kenyataan. Dan sekarang dinyatakan tentang Tuhan bahwa Dia sendiri memiliki kemungkinan, Dia memiliki kemampuan yang merupakan realitas mendasar, yaitu Dia memiliki kekuasaan, Dia memiliki segalanya, Dia adalah ukuran dasar yang segala sesuatu yang nyata dan segala sesuatu yang tidak mungkin. Tidak ada kenyataan segala hal yang tidak berhenti Dia sebagai kemungkinan, tidak mungkin, tidak ada dasar realitas yang akan membatasi Dia dan menjadi penghalang bagi Dia. Dia mampu melakukan apa yang Dia kehendaki. Dengan demikian kekuatan Tuhan bisa juga digambarkan sebagai kekebasan Tuhan. Tuhan itu bebas. Konsep keabadian tak terbatas, termasuk di dalamNya. Dia lebih berkuasa mengatasi segala sesuatu yang mungkin terjadi di luar angkasa dan dalam waktu: Dia adalah ukuran dan dasar ruang dan waktu: Dia tidak memiliki batas. Tapi semua ini memiliki ikatan jaringan filosofis dan dengan itu kita sama sekali tidak bisa mencapai arti kemahakuasaan sebagai sifat dari Tuhan. Ada banyak hal yang disebut mungkin dan ingin disebut kedahsyatan, yang sama sekali tidak berhubungan dengan kemahatahuan Allah. Kita harus berhati-hati dalam membangun konsep umum.
Kekuatan Tuhan berbeda dari semua ketidakberdayaan. Tapi Tuhan tidak sepenuhnya atau sebagian kuat, tapi Dia adalah kekuatan sejati. Dia bukan orang yang tidak dapat berbuat apa-apa, juga bukan Dia yang tidak dapat melakukan apa yang Dia kehendaki untuk dilakukan. Dimana ketidak berdayaan dipertanyakan, disitulah kita tidak berhubungan dengan Tuhan. Dimana Tuhan dibayangkan dalam keterpustan apapun, dalam keterpencilan yang luar biasa. Dia bukanlah orang yang dimaksud, melainkan makhluk yang pada dasarnya lemah. Tuhan memiliki sifat bayangan, Tuhan menentang sifat ketidakberdayaan, Tuhan lebih unggul dari semua kekuatan lainnya.
Dan tahap akhir, yang paling penting, karena disini banyak kebingungan mengancam kita, adalah bahwa Tuhan bukanlah kekuatan dalam ancaman dari semua kekuatan, yaitu kemampuan, kemungkinan, bebas sebagai eksistensi netral, kebebasan mutlak, kemampuan kebebasa,kemampuan abstrak, kekuatan pada diriNya sendiri, adalah pemikiran yang memabukkan. Dia sering dipahami seperti itu, dan wajar membayangkan kemampuan yang mungkin luar biasa, “kekuatanNya sendiri” sebagai ilahi yang mendalam, paling benar dan paling benar untuk mengagumi kehormatan, penyembahan, dan kekuatan ini sebagai misteri keberadaaNya. Mungkin pujian yang Hitler gunakan untuk mengatakan bahwa Anda ingat bagaimana ketika tentang Tuhan dia memanggil Dia “Yang Mahakuasa”. Tetapi bukan yang “Maha Kuasa” siapa Tuhan, kita tidak dapat mengerti dari sudut pandang konsep kekuasaan tertinggi, siapa itu Tuhan. Dan orang yang memanggil “Tuhan yang Maha Esa” merindukan Tuhan dengan cara yang paling menakjubkan. Untuk yang buruk, karena “kekuatan itu sendiri buruk”. Kekuasaan itu berarti Kekacaubalaun, Kejahatan, Iblis. Kita tidak bisa lebih baik memberikan  penjelasan dan definisikan Iblis dari pada dengan mencoba memikirkan gagasan tentang kebebasan diri, bebas, kemampuan berdaulat. Pemikiran yang berdaulat tentang kekuasaan adalah kekacauan, tohu wabohu yang Tuhan dalam ciptaanNya telah meninggalkan Dia, yang Dia tolak saat Dia menciptakan langit dan bumi.Dimana kekuasaan itu sendiri dihormati dan dipuja, dimana “kekuatan itu sendiri ingin menjadi otoritas dan keinginan untuk menerapkan hukum, kita berurusan dengan revolusi nihilisme.
Tuhan adalah inti dari kemungkinan tapi kekuatan itu sendiri adalah inti dari apa yang tidak mungkin. Sejauh mana kekuatan Tuhan menentang kekuatan itu sendiri? Apakah lebih unggul dari semua kekuatan dan berbeda dari setiap ketidakberdayaan.
Kekuatan Tuhan, kasihNya bebas di dalam Yesus Kristus yang diaktivitasi dan diwahyukan di dalam Dia. Oleh karena itu kita harus sekali lagi melihat karya Tuhan sebagai inti dari semua hal yang mungkin dan nyata. Kasih karunia-Nya adalah dan segala esensi adalah inti dari semua yang disebut kemampuan, kebebasan dan kuasa Allah bukanlah kekuatan tanpa karakter; dan oleh karena itu semua pertanyaan kekanak-kanakan apakah Tuhan dapat mewujudkannya bahwa dua kali dua sama dengan lima, dan karena di balik pertanyaan ini ada konsep abstrak tentang 'kemampuan'. Kekuatan yang bisa dibohongi akan menjadi kekuatan yang percaya bahwa hal itu dapat menegaskan dan membuang segalanya. Ini tidak ada hubungannya dengan Tuhan dan karena itu tidak ada hubungannya dengan kuasa Tuhan yang sesungguhnya adalah kekuatan sejati dan menguasai segalanya. Aku adalah Tuhan Yang Maha Esa; berjalanlah sebelum Aku dan jadilah baik. ' Dari sudut pandang "Aku" ini dikonfirmasi bahwa Allah Yang Mahakuasa dan demikian juga, atau lagi, "Semua kuasa diberikan kepada-Ku surga dan kepada Yesus Kristus, diberikan. Dalam karya Allah ini, kemahakuasaan-Nya menjadi terlihat dan hidup sebagai dan kekuatan yang benar. Dengan cara itu Tuhan adalah isi, batasan, batas semua yang mungkin. Dan dengan cara itu Dia atas semua itu adalah nyata sebagai Allah yang transenden dan Dia ada dalam semua yang nyata sebagai Allah yang imanen - Dia, subjek, siapakah kata yang kudus dan baik ini dan menyempurnakan pekerjaan suci dan pekerjaan baiknya.[12]
Kekuasaan mempunyai dua arti, yaitu : a) hak  untuk berbuat sesuatu, jadi yang disebut wewenang dan b) kecakapan untuk berbuat sesuatu. Maka tidak ada sesuatu pun yang mengikat Dia. Ia dapat menentukan sikap seperti yang dikehendakiNya. Dan kalau Ia telah menentukan akan berbuat, tidak ada sesuatu pun yang merintangi Dia untuk melaksanakan kehendakNya. Ia berkuasa untuk menentukan sikap dan Ia berkuasa untuk melaksanakan kehendakNya. Memang kekuasaan adalah sifat Allah yang penting. Akan tetapi jangan sampai tekanan pada kekuasaan ini terllau berat. Oleh karena kalau demikian maka Allah kita pandang sebagai raja yang tidak mengenal hukum dan hanya memakai kekuasaaanNya dengan semau-maunya sendiri saja.
Dalam Kitab Suci dinyatakan, bahwa kekuasaan Allah adalah sesuai dengn hakikat Allah. “Ia tidak dapat menyangkal diriNya” (2 Tim 2:13). Ia tak akan berbuat hal yang tidak sesuai dengan hakikatNya. Bahkan dinyatakan juga bahwa Ia tak dapat berbuat sesuatu: Ia tidak dapat berdusta (Bil 23:19,1 Sam 15:29) dan Ia tidak dapat berubah (Yak 1:17).[13]
Ada bukti serupa dalam Perjanjian Baru. Allah menyatakan diri sebagai Dia yang bagiNya “tidak ada yang mustahil” antara lain kelahirn Yesus dari Anak Dara (Luk 1:37) dan kelahiran kembali manusia yang jatuh dalam Dosa (Mrk 10:27). Inilah inti ketuhanan Allah yang menuntut sikap kepercayaan penuh di tengah-tengah “kemustahilan” sejarah manusia dan situasi pribadi. Allah adalah Tuhan: “Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?”.[14]
·         Allah tidak berubah
Allah adalah satu, Ia tetap adanya, dari kekekalan hingga kekekalan (Mzm 102:28,Yes 41:4 dst), Ia tidak berubah. Di dalam segala perbuatanNya Tuhan tidak berubah (Rom 11:29). UmatNya yang telah dipilihNya tidak akan ditolah (Rom11:1). “Bahwasanya Aku,TUHAN,tidak berubah dan kamu, bani Yakub,tidak akan lenyap.” (Mal 3:6). Bahwa Allah tidak berubah kelihatannya disangkal oleh nats-nats dalam Kitab Suci yang menyatakan bahwa Tuhan menyesal (Kej 6:6,1 Sam 15:11), bahwa Ia mengubah sikap (Kel 32:10-14,Yunus).
Bahwa Tuhan tidak berubah disebut kekal, kalau dihubungkan dengan waktu dan disebut mahaada kalau dihubungkan dengan tempat.
                    i.            Allah adalah kekal. Ini tidak hanya berarti bahwa hanya Ia tak berawal dan tak berakhir. Pernyataan yang demikian memasukkan Allah dalam perhitungan waktu. Akan tetapi bawah Allah adalah kekal mengatakan, bahwa Dialah pencipta waktu. Maka memang Ia juga dalam waktu akan tetapi tidak dicakupi oleh waktu. Ia tetap di dalam perubahan waktu. Dialah Tuhan dari kekekalan sampai kekekalan (Mzm 90:2;93:2),Dialah Tuhan yang kekal (Yes 40:28;Why 10:6).
                  ii.            Bahwa Allah mahaada itu sesuatu yang tidak dapaat kita mengerti sama sekali. Hal ini bukannya panteisme yang mengatakan, bahwa inti segala sesuatu itu adalah Allah. Akan tetapi bahwa Allah berada di mana-mana tempat itu memang dinyatakan dalam Kitab Suci seterang-terangnya (Yer 23:24;1 Raj 8:27).

·         Allah adalah Suci
Berhubungan dengan “sejarah keselamatan” maka di dalam Perjanjian Lama tekanan lebih terletak pada kesucian dan di dalam Perjanjian Baru tekanan lebih terletak pada kasih Allah. Zaman Perjanjian Lama memang zaman persaingan, zaman partikularisasi. Arti kata dasar dari kata suci dalam PL ialah menceraikan. Arti ini jadi negatif yaitu menceraikan sesuatu dari benda-benda sejenisnya yang dengannya, positif yaitu disediakan bagi tujuan yang istimewa.
Dan pelayanan terhadap Allah harus pelayanan yang suci. Segala alat-alat masa, orang-orang yang termasuk dalam kebaktian terhadap Yhwh, harus suci. Bangsa yang melayani Allah juga harus suci adanya. Dan sejarah PL merupakan satu pergumulan antara pekerjaan Yhwh yang hendah menyucikan Israel dengan pekerjaan kuasa-kuasa yang menentangi Yhwh dan yang ingin mencemarkan bangsa Israel. Teranglah bahwa meskipun dalam PB kasih Allah yang ditekankan, tetapi kesucian Allah juga tidak dilupakan. Dalam PB perintah tetap berbunyi: “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Ptr 1:16).
·         Allah adalah Adil dan Benar
Dalam Kitab Suci adil dan benar dikatakan dengan satu kata, yaitu tsadik dalam PL dan dikaios dalam PB. Tsadik artinya: 1)Berbuat sesuai dengan norma-norma(=benar), 2)Memelihara norma-norma (=Adil). Keadilan Allah mempunyai sudut yang positif, yaitu memberi pahala kepada orang yang taat kepadaNya dan sudut negatif ialah menjatuhkan hukuman atas orang yang salah. Dalam PL kedua sudut seolah-olah mempunyai arti yang harfiah, yaitu barangsiapa saleh hidupnya, tentu enak juga hiupnya; akan tetapi barangsiapa tidak takut akan Allah, hidupnya penuh sengasara. Teman-teman Ayub teranglah berpadangan demikian. Tetapi bahwa pandangan yang demikian adalah keliru dinyatakan dalam sejarah Ayub juga.
Dalam PB keadilan Tuhan berkilau seterang mungkin. Di sini teranglah bahwa Ia menuntut kebenaran yang sempurna. Maka kalau diukur dengan norma ini sungguhlah bahwa tidak seorang pun yang akan dibebaskan. Yang mengancam manusia ialah hukuman yang kekal. Hanya Dia yang sungguh-sungguh manusia yang benar dengan sempurna dan Allah yang sejati adanya,hanya Dialah yang dapat menahan keadilan Allah dan dapat membebaskan manusia dari hukuman Allah. Allah melihat orang percaya hanya melalui Kristus. Maka orang percaya di hadapan Allah menjadi benar. Maka ia dapat berseru : “Hai maut, di manakah kemenanganmu ? Hai maut, di manakah sengatmu ?
·         Allah adalah Kasih
Benarkah,  bahwa keadilan tentu bertentangan dengan kasih ?
Kata yang dipakai dalam Kitab Suci buat kasih bukan eros. Eros dapat diartikan:cintayang merasakan kekurangannya sendiri dan ingin memenuhkan diri dengan yang dicintai. Ada kata laain yang dipakai dalam Kitab Suci yaitu philia yang artinya hampir sama dengan agape. Memang dalam PL, kasih tidak begitu tampil ke muka. Tetapi bahwa Allah mengasihi umatNya terang sekali. Umat Israel adalah bangsa yang keras kepala dan senantiasa cenderung meninggalkan Tuhannya. Akan tetapi selalu sabar hati dan mencari umat Israel. Memang kasih Allah mengherankan kepada bangsa yang dipilihNya.
Akan tetapi sifat kasih pada Allah di dalam Yesus Kristus ini adalah unik seperti yang dinyatakan dalam Kitab Suci. Di dalam agama-agama lain memang ada pengertian “belaskasihan” atau “bermurah hati”. Tetapi kedua pengertian ini bukan kasih;orang yang berbelas kasihan atau bermurah hati pada orang lain bahwa Ia merendahkan diri dan menjadi manusia. Inilah kasih: “Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita’’ (1 Yoh 3:16).[15]
·         Allah itu Maha Tahu (omniscient)
Memiliki pengetahuan yang sempurna tentang segala hal. “Tuhan itu Allah yang Mahatahu” (1 Sam 2:3). “Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu” (1 Yoh 3:20). “Mata Tuhan ada di segala tempat mengawasi segala sesuatu” (1 Yoh 3:20). “Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik” (Ams 15:3;Mzm 139:1-4); Ini adalah peringatan agar kita sadar bahwa kita tidak bisa menyembunyikan apa pun dari padaNya (Ams 28:13); bahwa Dia mengetahui penderitaan dan masalah kita dan siap menolong adalah sukacita kita (Yes 66:2). [16]
Ciri lain dari pengenalan Tuhan adalah, bahwa Ia mengenal segala sesuatu yang belum terjadi. Karena Ia adalah pencipta dari segala hal, maka Ialah juga yang menciptakan segala perkembangan dan segala jalan dari segenap makhluk. Segala itu telah ada di dalam bagian Tuhan (Yes 46:10;Mzm 139:16;Kis 2:31). Teranglah bahwa pengenalan Tuhan berlainan daripada yang dikatakan bahwa “dewa mengenal sebelum terjadi” umpamanya dalam wayang. Meskipun pengenalan di sini mendahului kejadian, namun ini hanya mengenai waktunya saja. Pengenali di sini disebabkan oleh kejadian yang akan ada. Jadi pengenalan di sini bergantung pada kejadia. Pengenalan Tuhan tidaklah demikian, Ia yang menciptakan segala kejadian juga.
Segi yang istimewa dari pengenalan Allah ialah kebijaksanaan. Kebijaksanaan meletakkan tekanan pada efek dari suatu perbuatan, jadi yang ditekankan di sini ialah, bahwa suatu perbuatan mencapai hasil yang baik. Kebijaksanaan Tuhan dinyatakan dengan terang alam dalam PL maupun dalam PB. Penyataan-penyataan tentang kebijaksanaan Allah berpusat pada jalan keselamatan, yang diberikan Allah kepada manusia.[17]
C.    Allah Menurut Agama-Agama Lain
I.  Allah Menurut Agama Hindu
          Dalam agama Budha dan  Hindu tidak berbicara mengenai Allah. Tidak menyangkal-Nya dan tidak mengakui-Nya. Pada dasarnya manusia yang menemukan atman ( jiwa ) dan atman itu sama diakui dengan Brahma yang adalah sumber dan pencipta segala-galanya. Maka bagi seorang Hindu, meditasi itu memang bersifat religius karena mempertemukan manusia dengan Brahma. Baik dalam agama Hindu dan agama Budha orang menemukan Allah dalam dirinya sendiri, tanpa membedakan Allah dalam dirinya. [18] Satu-satunya cara yang diapaki untuk mempersatukan tardisi Hindu adalah pengakuan terhadap otoritas Veda sebagai penyataan atau wahyu ilahi, meskipun pemaknaannya dalam praktik sering kali diperselisihkan. Veda tersebut semula diteruskan secara lisan, sehingga teks-teksnya disebut shurti, yang secara harafiah berarti “ hal yang didengarkan ” Menurut beberapa mazhab Hinduisme tradisional bahwa veda-veda itu kekal yang tidak berawal dan tidak berakhir. Beberapa mazhab Hindu meyakini bahwa teks-teks tersebut tanpa penulis. Dan sebagaiannya meyakini bahwa penulis Veda tersebut adalah Allah. Veda lahir dalam pengalaman manusia melalui Rishi yang telah menyucikan kesadarannya serta melihat kebenaran firman ilahi yang kekal. Firman itu yang kadang-kadang di personifikasi sebagai dewi atau upacara dan yang dididenifikasikan sebagai Brahma. Maka mereka sering menyebut Brahmana adalah pencipta segala-galanya
           Firman yang yang suci itu dipenuhi kuasa ilahi dan merupakan prinsip kehidupan universal dan merupakan energi yang memebentuk kosmos dan kehidupan manusia. Firman dinyatakan kepada para pelihat zaman dahulu dan mereka akan mengungkapkan penyataan tersebut di dalam himne dan nyanyian mereka. [19] Bagi banyak orang Hindu penyataan ini bukanlah perisiwa yang supranatural melainkan merupakan hasil pendisiplinan diri dengan sungguh-sungguh melalui latihan-latihan yoga yang akan membawa kepada pencerahan. Firman itu hadir pada manusia namun banyak halangan yang menghambatnya. Penyataan dan wahyu didasarkan pada kemampuan spiritual yang prinsipnya tebuka bagi setiap orang dan tidak perlu perantaraan Veda. Ajaran yang dipakai oleh agama Hindu tentang Allah adalah ajaran tentang Para Brahman dan Apara Brahman adalah Brahman yang lebih tinggi  Apara Barhman adalah Brahman yang paling rendah. Pra Brahman yang tidak dapat dikenal manusia kerena sifatnya mutlak, trasenden, dan tidak dapat ditembus akal manusia, sedangkan Apara Brahman dapat dikenal manusia karena keadaannya lebih rendah[20]
II.    Allah Menurut Agama Budha
          Agama Budha dimasukkan sebagai ilmu atau ajaran keselamatan (soteriologi). Jika ditinjau dari agama Budha dari sudut penyataan Allah di dalam Alkitab, kita dapat melihat bahwa berita keselamatan dan berita kelepasan sangat berlainan karena Budha memberikan suatu ajaran tentang keselamatan yang sangat sistematis. Manusia menderita karena dunia tempat manusia tersbut telah fana yang disebabkab oleh hausnya akan segala apa yang ada id dunia dan terkait dengan dunia dan terhanyut ke dalam kefanaan. Penderitaan hidup itu adalah suatu akaibat dari keadaan dunia. Jadi sebab penderitaan  itu terletak pada keadaan dunia dan kedududkan manusia di dalamnya. Maka jalan satu-satunya untuk menghilangkan penderitaan itu adalah dengan cara mencabut dan melepaskan diri dari dunia[21]. Umat Buddha memandang kemanusiaan sebagi bagian integral dari keseluruhan kosmos karena konteks pemahaman tentang kemanusiaan adalah saling ketergantungan dari seluruh alam semesta. Ada hubungan sebab-akibat secara timbal balik antara manusia dalam setiap keberadaannya. Ketidakterbatasan keesaan Allah tidak pernah dialami terpisah dari bermacam-macam kenyataan alam semesta ini, melainkan ini adalah sifat yang terdalam dari kesatuan kenyataan- kenyataan itu. Menurut Buddha dunia tidak pernah diberikan kepada manusia untuk dikuasai atau dieksploitasi melainkan perintah pertama adalah agar menghormati seluruh kehidupan semua makhluk hidup apapun keberadaannya berarti hal ini sesuai dengan ajaran Kristen. Secara moralitas Buddha terfokus terutama pada usaha untuk menjadi pribadi yang bertindak secara tidak egois dan bermoral. [22] Maka Buddha menerima kelepasan dan keluar dari penderitaan melalui meditasi. Melalui hal ini mereka akan sampai kepada penyataan Allah dan menuju kepada hidup masa pencerahan. Sekalipun tidak ada kepercayaan terhadap penyataan ilahi, praktisi meditasi Buddish mempercayai bahwa kebenaran akan menyatakan diri akan tercapai melalui sturktur meditasi dan latihan moral yang tepat. Meditasi Buddhis bergerak dengan tenang dan teratur melalui kekacauan emosional, membangun konsentrasi  serta membawa ke pengalaman kejernihan dan ketenangan hati
III.  Allah Menurut Agama Kristen Protestan
          Menurut pandangan Agama Kristen Protestan  penyataan Allah di bagi atas 2 bagian antara lain :
-     Allah Sebagai Pribadi Yang Kekal
          Allah adalah Alfa dan Omega yang sebelum dan sesudah, yang tidak ada masa lalu, masa kini dan masa depan. Semua hal hadir serentak di hadapan Allah. Menurut Augustinus bahwa Allah telah menggenggam dengan sepenuhnya kehidupan yang kekal. Allah mampu menanggapi semua manusia Allah berada di dalam waktu ang memiliki arti waktu akan selalu ada seperti Allah yang selalu ada. Namun dalam hal ini kehadiran waktu tidak harus dianggap sebagai pembatas terhadap Allah. Allah yang bepribadi sebagai pribadi yang kekal mengetahui diri kita. Para teolog juga menyebutkan bahwa Allah berada dalam “Proses ” dengan bukti melalui interaksi Allah dengan ciptaan-Nya. Allah yang terkait erat dengan alam dan dunia mengasilkan perubahan yang nyata. Teologi proses melihat Allah dan alam semesta sebagai bagian yang saling berkaitan dan saling bergantung[23].
-     Allah sebagai substansi yang tidak dibatasi oleh Apapun
          Allah yang dimaksud sebagai substansi yang dibatasi oleh apapun merupakan pernyataaan-pernyataan yang maksduny adalah pernyataaan yang secara harafiah. Allah adalag benar-benar Allah apapun ada-Nya dan Ia tidak dapat menjadi lain dari apa ada-Nya. Sebagaimana ia tidak dibatasi oleh waktu dan Ia yang tidak dapat berubah.
IV. Allah Menurut Agama Islam
          Diantara agama-agama besar di dunia agama Islam adalah satu-satunya agama yang diwujudkan secara ilahi-agama yang lahir setelah kekristenan muncul dan satau-satunya agama yang suatu penafsiran atas Yesus dan Maria. Islam menilak Kristologi dan Trinitatis teologi Kristen dengan penyataan mengenai inkarnasi ilahi di dalam dunia ini. Bagi kaum Islam Al-Quran secara langsung merupaka firman Allah yang diwahyukan dan tidak di kontekstualisasi ataupun direlativitasi dengan cara apapun. Al-Quran berasal dari kuasa ilahi sehingga kaum Muslim harus menerimanya bukan menafsirkan atau mengkritisinya. Jika bagi umat Kristen pusat penyataan Allah adalah pribadi Yesus yang mengenai-Nya dengan Perjanjian Baru yang memberikan kesaksian, maka bagi kaum Muslim Al-Quran sendiri adalah penyataan. Al-Quran mengakui bahwa Allah memberikan baik Taurat maupun Injil karena tutntunannya bagi manusia untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Bagi Al-Quran Allah tidak melahirkan dan tidak dilahirkan. Yesus sebagai Nabi yang tidak pernah mengakui diri Ialhi melainkan Yesus bagi mereka adalah nabi Isa. Al-Quran menampilkan Islam sebagai jalan yang benar untuk mengikuti kehendak Allah, di luar itu tidak ada keselamatan. [24]
Menurut para ulama Islam Allah adalah Allah. dalam Islam zat, nama dan sifat Allah tidak dapat dipisahkan. Allah adalah tanapa awal dan tidak dibatasi oleh waktu. Keadaan Allah yang demikian disebut ( Qidam ) ataua asali. Maka Allah itu kekal ( Baqa). Allah tidak memerlukan tempat atau zat lain untuk kedudukan-Nya dan tidak tergantung pada apa yang dibuat-Nya. Allah adalah Esa didalam zat-Nya, maka segala perbuatan-Nya adalah perbuatan Allah. Dengan cara yang demikan dapat diuraikan Allah yang esa itu berkuasa, berkehendak, mengetahui, hidup, mendengar, melihat dan yang berfirman yaitu sifat-sifat yang menambahkan suatu konsep kepada Zat Allah [25]


D.  Kesimpulan
Ajaran dogma mengenai Allah fokus kepada bagaimana agama-agama tersebut memahami, memaknai diri Allah yang hadir dalam kehidupan manusia. Eksistensi dari Allah akan dipahami sebagai penolong dan pemberi keselamatan bagi setiap orang. Allah yang kita pahami didunia ini bukan karena jumlah agama membuat jumlah Allah sebanyak demikian tetapi Allah hanyalah satu hanya saja setiap agama untuk memahami Allah itu dengan cara dogma, ajaran dan kepercayaan masing-masing.
Di dalam kepercayaan agama Kristen khususnya Kristen Protestan, mempercayai TUHAN Allah yang  menjadi Yesus Kristus menjelma menjadi manusia yang memiliki perasaan dan dapat melakukan aktivitas manusia umumnya. Yang Maha Kuasa, tidak ada di dunia ini yang melebihi ke Maha KuasaanNya. Allah adalah yang Maha Kuasa, yaitu orang-orang yang berkuasa. Kesimpulan kita disini ialah, bahwa kekuasaan Tuhan tidak boleh dibicarakan seakan-akan Ia tidak memberi pernyataanNya, atau seakan-akan Ia tidak menghiraukan firmanNya. Ini tentu salah, oleh karena Ia adalah yang setia. Ia adalah Yhwh . Jadi kekuasaan Allah jangan diceraikan dari hikmat dan kasihNya.

 Daftar pustaka
Barth Karl, Dogmatics in Outline, (The Camelot Press Ltd: London and     Southampton)             1958
Dister Nico Syukur, Teologi sistematika,(Yogyakarta : Kanisius )
            2004
Hadiwijono Harun,  Iman Kristen, (Jakarta:  BPK-GM )
            2009
Jacob Tom, Teologi Doa,  (Yogyakarta: Kanisius )
            2000
Koehler Edward, Intisari Ajaran Kristen, (Pematang Siantar: Akademi Lutheran    Indonesia)       2010
Lefebure Leo D., Penyataan Allah, Agama, dan Kekerasan (Jakarta: BPK-GM)
            2003
Lumbantobing, Darwin,Teologi di Pasar Bebas, ( Pematangsiantar:L-SAPA )
            2008
Milne Bruce, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia )
            2000
Niftrik G.C Van dan B.J Boland Dogmatika Masa kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia)
            1948
Sisipater Karel, Etika Perjanjian Lama, (Jakarta: Suara Harapan Bangsa)
            2010
Soedarmoa, Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia )
2015
Vardy,Peter Allah Para Pendahulu Kita, Tahukah Kita Apa Yang Kita Percaya? (Jakarta: BPK-GM )
            1992


[1]    Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas, (Pematangsiantar:L-SAPA,2008), 134
[2]      B.J.Boland, Intisari Iman Kristen, ( Jakarta : BPK-GM, 2007) 17
[3]    Karel Sisipater, Etika Perjanjian Lama, ( Jakarta : Suara Harapan Bangsa, 2010 ), 1-2
[4]     B.J.Boland, Intisari Iman Kristen, ( Jakarta : BPK-GM, 2007) 17
[5]     Theol. Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, suatu kompendium singkat ( Jakarta: BPK-GM,2009) 53
[6]    Nico Syukur Dister Teologi sistematika (Yogyakarta : Kanisianus, 2004)  127
[7]     Theol. Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, suatu kompendium singkat ( Jakarta: BPK-GM,2009) 53
[8]     G.C Van Niftrik dan B.J Boland, Dogmatika Masa kini , (Jakarta : BPK Gunung Mulia 1984) 84
           [9]       G.C Van Niftrik dan B.J Boland, Dogmatika Masa kini,  (Jakarta : BPK Gunung Mulia 1984 ) 85                                         
[10]    G.C Van Niftrik dan B.J Boland, Dogmatika Masa kini,  (Jakarta : BPK Gunung Mulia 1984 ) 82                                        
[11]  Edward Koehler, Intisari Ajaran Kristen,(Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia,2010) 24-25.
[12]    Karl Barth, Dogmatics in Outline, ( The Camelot Press Ltd.,:London and Southampton,1958) 46-49
[13]    Soedarmoa, Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2015),110-111
[14]    Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2000) ,95
[15]  Soedarmoa, Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2015), )105-109.
[16]  Edward Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia,2010) 27
[17]  Soedarmoa, Ikhtisar Dogmatika,( (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2015) 112-113.
             [18]  Tom Jacob , Teologi Doa,  ( Yogyakarta : Kanisius, 2000) 53 
[19]    Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama, dan Kkekerasan (Jakarta : BPK-GM, 2003), 220-221
[20]  Harun Hadiwijono,  Iman Kristen, (  Jakarta :  BPK-GM, 2009 ) 79
[21]    A.G Honig, Ilmu Agama, ( Jakarta : BPK-GM, 2011), 256-257
[22]    Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama, dan Kkekerasan (  Jakarta : BPK-GM, 2003), 247-248
[23]  Peter Vardy, Allah Para Pendahulu Kita, Tahukah Kita Apa Yang Kita Percaya? ( BPK-GM, 1992) 15-16
[24]    Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama, dan Kkekerasan (  Jakarta : BPK-GM, 2003) 153-154
[25]    Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (  Jakarta :  BPK-GM, 2009 ) 81-83

Pdt. Erik Sunando Sirait
Pdt. Erik Sunando Sirait Anak Pertama dari 7 bersaudara, ibu yang melahirkan boru Simalango (Parna), Istri Lilis Suganda Lumban Gaol dan sudah dikaruniakan 3 Putri yang cantik Sheena Syelomitha Sirait Serefina Faith Sirait Shiloh Hope Sirait

1 comment for "Dogma Tentang Allah"

  1. Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31( juga di Matius 22 : 37 - 39 dan Lukas 10 : 27 ), sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :

    Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "

    [ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha ]

    Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "

    [ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha " ]

    Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.

    Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema

    " . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
    ( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )
    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱

    ReplyDelete