Dogma Tentang Allah
Pemahaman Dogmatika tentang Allah
I.
Pengantar
Dalam pengakuan iman
yang bunyinya “ Aku percaya kepada Allah” yang memiliki arti bahwa kita akan
mengenal Allah melalui Yesus Kristus karena tidak seorangpun yang dapat pernah
melihat Allah. lalu bagaimana kita mengenal Allah ? Maka jawabannya adalah Allah yang menyatakan
diri-Nya di dalam Yesus Kristus (Yohanes 1:18). Ajaran dogma merupakan suatu doktrin yang lahir dengan
dilatarbelakangi suatu upaya apologetis
yaitu untuk membela dan mempertahankan iman gereja yang dianut. Upaya
apolegetis yang muncul merupakan reaksi terhadap serangan ancaman dari yang
menguji ajaran gereja baik itu ancaman
internal bahkan ancaman eksternal. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dari
pemahaman setiap manusia. Perbedaan dari hal inilah yang akhirnya melahirkan
mazhab dan denominas keberagamaan yang terjadi ini merupakan keberagamaan yang
bukan yang terjadi di lingkungan gereja saja tetapi juga dalam kehidupan
keberagamaan yang lainnya, oleh karena itu dogma dari ajaran seperti gereja
haruslah kuat untuk melindungi dari keyakinan iman yang dimiliki umat kristen
saat ini. Gereja harus memiliki pedoman yang kuat dan dasar yang kuat untuk
mempertahankan berbagai serangan/ ancaman yang akan meragukan iman dan kepercayaan
dari gereja
Ancaman yang datang kepada gereja
masa kini dari pihak luar yang
mengkritik dan mempertanyakan dan ingin merusak ajaran kristen dengan maksud
untuk menyalahkan, meniadakan bahkan menghancurkan keutuhan dari gereja yang
dilakukkan melalui serangan- serangan polemik tentang berbagai pokok ajaran
gereja membuat gereja dalam posisi bertahan dalam menghadapi serangan itu
dengan membeladiri, berapologi tentang ajaran yang diimaninya. Hal ini sudah terjadi sejak abad-abad pertama dan
karena itulah rasul Petrus menghimbau
orang percaya “ siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggung jawab
kepada tiap-tiap orang yang meminta
pertanggung jawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi
haruslah dengan lemah lembut dan hormat “( 1 petr 3: 15b) dari konteks
pernyataan rasul Petrus ini melahirkan motif tentang doktrin gereja tentang
Allah baik itu Allah Trinitas,maupun Allah Tritunggal.[1]
Sesungguhnya Allah telah bersemayam dalam terang yang tak terhampiri (1
Tomiteus 6:16) tidak seorangpun yang pernah melihat Allah (1 Yohanes1:18)
berdasarkah hikmatnya sendiri dunia ini tidak dapat mengenal Allah. Tetapi
Allah yang hidup itu tidak berdiam diri dan bersembunyi di dalam sorga
melainkan ia menyatakan diri pada masa lampau. Dan ia menyatakan diri juga
kepada kira sekarang. Maksudnya adalah bahwa ia sendiri datang kepada kita dan
memperkenalkan diri-Nya. Perbuatan Allah itu sendiri disebut sebagai
penyataan-Nya. Kesaksiannya terdapat dalam Alkitab dan diteruskan kepada kita
oleh pemberitaan gereja. Demikianlah kita bersekutu dengan Allah yang hidup [2]
A.
Allah
menurut Perjanjian Lama
Menunujuk pada sang pencipta dalam
bahasa Ibrani terdapat dua kata yaitu “YHWH” dan “ Elohim ”. YHWH adalah nama
yang teramat suci, bermankna sangat agung yang mana orang Israel yang menjadi
bangsa pilihan Allah merasa kurang layak untuk mengucapkan “YHWH”, maka mereka
menggantinya dengan memanggil dengan panggilan yaitu “ Adonai” yang artinya
TUHAN. Sebutan itu menunjjuk kepada Tuhan Semesta Alam atau Tuhan dari segala
Tuhan yang segala sesuatu tunduk kepada-Nya. Kata YHWH nama sang pencipta yang
memperkenalkan diri pada Musa ( Kel3:15-16) yang artinya “ Aku adalah Aku” yang
menekankan beradaan diri sang Pencipta. Istilah Elohim diterjemahkan dengan kata
Allah yang berasal dari bahasa Arab “ Al-Ilah” yang menunjukkan kepada yang
mempunyai kekuatan besar diluar jangkauan manusia[3].
Dalam Perjanjian Lama Allah tidak langsung menyatakan diri-Nya kepada umat
Israel seperti yang dilakukan Allah dalam Perjanjian Baru melalui Yesus
Kristus. Tetapi Allah menyatakan diri-Nya kepada umat melalui perbuata-Nya
Allah melakukan banyak perbuatan
yang besar diantara Israel dan berfirman kepada umat-Nya itu dengan perntaraan
para nabi. [4]
Dalam Perjanjian Lama Allah tidak mengikat diri dan bebas menurut hakikat-Nya yaitu
kudus (Yesaya dan Yehezkiel). Dalam Perjanjian Lama pada hakikat-Nya Allah itu
adalah Tuhan yang penekanannya pada transendensi Allah. Allah juga
memperkenalkan diri-Nya melalui pesuruh( nabi), abut, wajah, cahaya, nama,
firman, hukum dan perjanjian. [5]
Allah menyatakan diri-Nya kepada umat Israel melalui tindakan Allah kepada umat
Israel. Seperti contoh : Allah yang menuntun mereka dari tanah Mesir dan
memberikan mereka tiang awan dan tiang api, telur puyuh, manna dll. Allah
membeaskan mereka dari tulah yang menghukum bangsa Mesir. Melalui perbuatan
Allah juga manusia dapat mengenal Allah
B.
Allah
menurut Perjanjian Baru
Allah
dalam Perjanjian Baru adalah Allah Yang Esa. Allah dalam Perjanjian Baru identik dengan Allah yang Tritunggal hal itu
lebih ditekankan oleh F.Courth bahwa Yesus sang Kristus lah yang yang
diandaikan sebagai iman akan Allah Tritunggal dan kepercayaan itu di dorong
oleh faktor utama kebangkitan yang terjadi pada Yesus. Kepercayaan yang berakar
dalam pewartaan Yesus dimulai dari penampakan penampakan mengenai Yesus. hanya
kepercayaan kepada Allah, sang Bapa maka pengakuan iman akan Yesus memiliki bobotnya
: Yesus telah bangkit itu dikenal sebagai Anak Allah (Rm 4:1) dan siapa dan apa
Yesus sebenarnya hanya dapat diakui baik sebelum dan sesudah kebangkitan dari
Yesus dengan bertolak dari bapa saja.
begitu juga sebaliknya Allah para leluhur, sejak sekarang ditentukan oleh
sebutan “Bapa Tuhan kita Yesus Kristus ( bnd. Rm 15:6; 2 kor 11:31; ef 1:3; kol 1:3 ;1 petr
1:3) [6]
Dalam Perjanjian Baru Allah mengikta
diri-Nya dalam Yesus Kristus. Allah memiliki hakikat-Nya yaitu mengasihi. Ia yang menyerahkan diri
kepada kita melalui kayu salib dan mmeberikan keselamatan bagi manusia berdosa.
Dalam Perjanjian Baru Allah adalah Kristus
yang menyelamatkan yang berbeda dengan manusia dan mempersatukan diri
dengan-Nya[7] Allah
hanya dapat dikenal melalui perantaraan dirinya sendiri , tetapi Allah sudah
meyatakan Dirinya sendiri dalam kedatangan Yesus Krsitus ; dan oleh Roh kudus
ia membuat kita kenal denganya, dengan kata lain sesungguhnya kita dapat
Mengenal Allah dengan sangat jelas sebab dia sudah langsung menyatkan dirinya
seperti :
1. Allah
menyatakan dirinya di dalam Yesus kristus seperti dia memberikan kita
keselamatan melalui Yesus Kristus yang adalah keselamatan kita. Allah
menyatakan melalui Yesus Kristus dengan melalui kasih yang dilakukkan Yesus
Kristus kepada semua umat manusia sebab
itu ditunjukkan dalam 1 Yoh 4:8 “ Allah adalah kasih” hal itu menunjukkan
pernyataan Allah bahwa dia adalah Yesus Kristus Kasih yang dilakukan Yesus
Kristus itulah yang membuktikanya. Allah adalah kasih artinya Allah yang secara
konkrit mengasihi dunia, mengasihi manusia demikianlah Allah menyatakan dirinya
dengan bukti langsung yang dilakukan
Yesus karna itulah pada hakekatnya Allah itu Kasih [8].
Dalam Perjanjian Baru Allah menyatakan diri-Nya secara langsung yaitu melalui
Yesus Kristus. Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib untuk menanggung dosa
manusia adalah penyataan Allah secara langsung
2. Allah
menyatakan diri dalam Roh menjukkan pada Yoh 4: 24 “ Allah itu Roh”. Allah
menyatakan diri sebagai roh karena pertentangan yang dikemukakan dalam perjanjian
baru mengenai sarx. Sarx ini sebenarnya dalam bahasa yunani artinya daging
tetapi dipergunakan dalam Perjanjian Baru segenap tubuh manusia ( secara tubuh
dan jiwa) yang berada dalam kuasa dosa. Allah menunjukkan bahwa dia Roh . Allah
dapat mengalahkanya dan dapat bekerja di dalam hati kita untuk melepaskanya
sehingga membuat manusia menjadi makhluk yang baru dan hal itu menunjukkan
bahwa Allah itu dapat menjadi Khalik[9].
Allah bukanlah seperti pikiran manusia mempunyai tangan, mata, telinga dan
anggota tubuh lainnya. Melainkan Allah mampu untukmengubah wujud dalam bentuk
apapun termasuk Roh. Maka manusis sebetulnya tidak mampu menggambarkan dan
memikirkan seperti apakah Allah itu yang sebenarnya. Tetapi melalui iman dan
penyataan Allah sendiri Ia memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Manusia
memiliki keterbatasan untuk mengenal Allah karena manusia telah dibatasi oleh
dosa sehingga manusia sangat sulit untuk melihat penyataan Allah tanpa
inisiatif Allah itu sendiri. Allah telah menyatakan Diri dalam kedatangan Yesus
Kristus dan oleh Roh Kudus Ia membuat kita mengenal Dia. Allah di dalam Roh berbicara
secara konkrit dan realitas. Allah yang hidup bertindak dan berfirman[10].
II.
Hakekat dan Sifat Allah
A.
Hakekat Ilahi
Allah bukanlah gagasan semata, yang ada
dalam imajinasi manusia dan kenyataan objektif yang lemah; tetapi ALLAH ADA.
“AKU ADALAH AKU” (Kel 3:14). “AKU ADALAH” ini adalah kenyataan; Ia adalah Yang
Mutlak dan ADA yang Tertinggi. Sebagai bandingannya, ilah-ilah orang kafir itu
“hampa”; allah-allah ini tidak hadir sebagai allah yang nyata, melainkan hanya
ada di dalam pikiran para penyembahnya (Yes 41:24; 1 Kor 8:4). Allah tidak
bersifat material, yang kasat mata dan bisa dicerap dengan indera imajinasi
kita “ALLAH ADALAH ROH” (Yoh 4:24). Tak seorang pun tahu terdiri dari apa
hakekat rohani Allah ini. Tetapi, Allah bukanlah sesuatu yang tidak terlihat,
“sesuatu” yang tidak hidup, bukan omnia agens, penggerak pengendali
alam, bukan sekedar azas yang hidup dalam diri manusia, hewan dan tumbuhan.
ALLAH ADALAH ADA YANG BERPRIBADI. “AKU ADALAH”, firmanNya. Itu adalah Ada yang
Berpribadi berbicara kepada Musa, suatu ada yang berbeda dengan segala ada dan
daya yang diciptakan. “Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu,
yang ada di sorga dan yang di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan”
(Kol 1:16).
Allah
tidak tercipta dari sesuatu yang sudah ada sebelum Dia, atau keberadaanNya
bergantung pada sesuatu selain Dia; ALLAH DAN HADIR DARI DAN OLEH DIRINYA
SENDIRI. “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian;tidak ada Allah
selain dari padaKu(Yes 44:6). Semua ada (beings) yang lain ada dari dan
di dalam Allah (Kis 17:28); tetapi keberadaan Allah berpusat pada DiriNya
sendiri. Ia mempunya hidup di dalam diriNya sendiri” (Yoh 5:26).
Kadang
kala Alkitab berbicara tentang Allah bagaikan seorang manusia yang memilki
lengan, tangan, jari, wajah (Kel 6:6;Ef 1:20;Luk 11:20;Bil 6:24-26). Bahasa
kiasan yang menyangkut Allah semacam ini disebut antropomorfisme; itu adalah
suatu adaptasi menurut pikiran kita yang terbatas, yang tidak bisa menyelami
dan menghayati hakekat rohani Allah yang tak terbatas. Di sorga kita akan
melihat Allah sebagaimana Ia adanya, dalam seluruh keindahan, kekudusan dan
kasihNya yang tak terungkapkan (1 Yoh 3:2).[11]
B. Sifat-sifat
Allah
·
Allah
Yang Maha Esa
Oleh
konsep ini “Maha Kuasa” pengakuan menamai sifat Allah, kesempurnaan Dia yang
sebelumnya disebut Allah Bapa. Pengakuan hanya mengenali sifat Allah yang satu
ini. Kemudian ketika mencoba dibuat untuk berbicara secara sistematis tentang
Tuhan dan untuk menggambarkan sifat-sifatNya, manusia menjadi lebih banyak
bicara. Mereka berbicara tentang ketuhanan Allah, yang didasarkan pada diriNya
sendiri bahwa mereka berbicara tentang ketidakterbatasan Allah di dalam ruang
dan waktu, karena itu kekekalan Allah. Dan orang-orang berbicara dengan tangan
lain tentang kekudusan dan kesungguhan Tuhan, belas kasihan dan kesabaran. Kita
harus tahu jelas bahwa apa yang kita katakan tentang Tuhan dalam konsep manusia
semacam itu tidak akan pernah bisa lebih dari sekedar indikasi Dia; Tidak ada
konsep seperti itu yang benar-benar dapat memahami sifat Tuhan. Tuhan tidak
terbayangkan. Apa yang disebut kebaikan Tuhan dan kekudusan Tuhan tidak dapat
ditentukan oleh pandangan yang kita miliki tentang kebaikan dan kekudusan,
tetapi ditentukan dari apa adanya Tuhan. Dia adalah Tuhan,Dia adalah kebenaran.
Hanya secara derektif, dalam arti sekunder, kita bisa berusaha mengambil firmanNya
di bibir kita. Di dalam Pengakuan Iman ada berdiri 3 menggantikan semua
kemungkinan sifat Tuhan, yang satu ini bahwa Dia yang Maha Kuasa dan secara
signifikan hubungan dengan ungkapan “Bapa”. Yang menjelaskan bahwa Bapa adalah
Bapa yang Maha Kuasa dan Maha Kuasa adalah Bapa.
“Tuhan
Maha Kuasa” berarti dalam hal ini pertama bahwa Dia mampu. Dan mampu mungkin
berarti kemampuan, kemungkinan mengingat kenyataan. Dan sekarang dinyatakan
tentang Tuhan bahwa Dia sendiri memiliki kemungkinan, Dia memiliki kemampuan
yang merupakan realitas mendasar, yaitu Dia memiliki kekuasaan, Dia memiliki
segalanya, Dia adalah ukuran dasar yang segala sesuatu yang nyata dan segala
sesuatu yang tidak mungkin. Tidak ada kenyataan segala hal yang tidak berhenti
Dia sebagai kemungkinan, tidak mungkin, tidak ada dasar realitas yang akan
membatasi Dia dan menjadi penghalang bagi Dia. Dia mampu melakukan apa yang Dia
kehendaki. Dengan demikian kekuatan Tuhan bisa juga digambarkan sebagai
kekebasan Tuhan. Tuhan itu bebas. Konsep keabadian tak terbatas, termasuk di
dalamNya. Dia lebih berkuasa mengatasi segala sesuatu yang mungkin terjadi di
luar angkasa dan dalam waktu: Dia adalah ukuran dan dasar ruang dan waktu: Dia
tidak memiliki batas. Tapi semua ini memiliki ikatan jaringan filosofis dan
dengan itu kita sama sekali tidak bisa mencapai arti kemahakuasaan sebagai
sifat dari Tuhan. Ada banyak hal yang disebut mungkin dan ingin disebut
kedahsyatan, yang sama sekali tidak berhubungan dengan kemahatahuan Allah. Kita
harus berhati-hati dalam membangun konsep umum.
Kekuatan
Tuhan berbeda dari semua ketidakberdayaan. Tapi Tuhan tidak sepenuhnya atau
sebagian kuat, tapi Dia adalah kekuatan sejati. Dia bukan orang yang tidak
dapat berbuat apa-apa, juga bukan Dia yang tidak dapat melakukan apa yang Dia
kehendaki untuk dilakukan. Dimana ketidak berdayaan dipertanyakan, disitulah
kita tidak berhubungan dengan Tuhan. Dimana Tuhan dibayangkan dalam keterpustan
apapun, dalam keterpencilan yang luar biasa. Dia bukanlah orang yang dimaksud,
melainkan makhluk yang pada dasarnya lemah. Tuhan memiliki sifat bayangan,
Tuhan menentang sifat ketidakberdayaan, Tuhan lebih unggul dari semua kekuatan
lainnya.
Dan
tahap akhir, yang paling penting, karena disini banyak kebingungan mengancam
kita, adalah bahwa Tuhan bukanlah kekuatan dalam ancaman dari semua kekuatan,
yaitu kemampuan, kemungkinan, bebas sebagai eksistensi netral, kebebasan
mutlak, kemampuan kebebasa,kemampuan abstrak, kekuatan pada diriNya sendiri,
adalah pemikiran yang memabukkan. Dia sering dipahami seperti itu, dan wajar
membayangkan kemampuan yang mungkin luar biasa, “kekuatanNya sendiri” sebagai
ilahi yang mendalam, paling benar dan paling benar untuk mengagumi kehormatan,
penyembahan, dan kekuatan ini sebagai misteri keberadaaNya. Mungkin pujian yang
Hitler gunakan untuk mengatakan bahwa Anda ingat bagaimana ketika tentang Tuhan
dia memanggil Dia “Yang Mahakuasa”. Tetapi bukan yang “Maha Kuasa” siapa Tuhan,
kita tidak dapat mengerti dari sudut pandang konsep kekuasaan tertinggi, siapa
itu Tuhan. Dan orang yang memanggil “Tuhan yang Maha Esa” merindukan Tuhan
dengan cara yang paling menakjubkan. Untuk yang buruk, karena “kekuatan itu
sendiri buruk”. Kekuasaan itu berarti Kekacaubalaun, Kejahatan, Iblis. Kita
tidak bisa lebih baik memberikan
penjelasan dan definisikan Iblis dari pada dengan mencoba memikirkan
gagasan tentang kebebasan diri, bebas, kemampuan berdaulat. Pemikiran yang
berdaulat tentang kekuasaan adalah kekacauan, tohu wabohu yang Tuhan
dalam ciptaanNya telah meninggalkan Dia, yang Dia tolak saat Dia menciptakan
langit dan bumi.Dimana kekuasaan itu sendiri dihormati dan dipuja, dimana
“kekuatan itu sendiri ingin menjadi otoritas dan keinginan untuk menerapkan
hukum, kita berurusan dengan revolusi nihilisme.
Tuhan
adalah inti dari kemungkinan tapi kekuatan itu sendiri adalah inti dari apa
yang tidak mungkin. Sejauh mana kekuatan Tuhan menentang kekuatan itu sendiri?
Apakah lebih unggul dari semua kekuatan dan berbeda dari setiap
ketidakberdayaan.
Kekuatan
Tuhan, kasihNya bebas di dalam Yesus Kristus yang diaktivitasi dan diwahyukan
di dalam Dia. Oleh karena itu kita harus sekali lagi melihat karya Tuhan
sebagai inti dari semua hal yang mungkin dan nyata. Kasih karunia-Nya adalah
dan segala esensi adalah inti dari semua yang disebut kemampuan, kebebasan dan
kuasa Allah bukanlah kekuatan tanpa karakter; dan oleh karena itu semua
pertanyaan kekanak-kanakan apakah Tuhan dapat mewujudkannya bahwa dua kali dua
sama dengan lima, dan karena di balik pertanyaan ini ada konsep abstrak tentang
'kemampuan'. Kekuatan yang bisa dibohongi akan menjadi kekuatan yang percaya
bahwa hal itu dapat menegaskan dan membuang segalanya. Ini tidak ada
hubungannya dengan Tuhan dan karena itu tidak ada hubungannya dengan kuasa
Tuhan yang sesungguhnya adalah kekuatan sejati dan menguasai segalanya. Aku
adalah Tuhan Yang Maha Esa; berjalanlah sebelum Aku dan jadilah baik. ' Dari
sudut pandang "Aku" ini dikonfirmasi bahwa Allah Yang Mahakuasa dan
demikian juga, atau lagi, "Semua kuasa diberikan kepada-Ku surga dan
kepada Yesus Kristus, diberikan. Dalam karya Allah ini, kemahakuasaan-Nya
menjadi terlihat dan hidup sebagai dan kekuatan yang benar. Dengan cara itu
Tuhan adalah isi, batasan, batas semua yang mungkin. Dan dengan cara itu Dia
atas semua itu adalah nyata sebagai Allah yang transenden dan Dia ada dalam
semua yang nyata sebagai Allah yang imanen - Dia, subjek, siapakah kata yang
kudus dan baik ini dan menyempurnakan pekerjaan suci dan pekerjaan baiknya.[12]
Kekuasaan
mempunyai dua arti, yaitu : a) hak untuk berbuat sesuatu, jadi yang disebut wewenang
dan b) kecakapan untuk berbuat sesuatu. Maka tidak ada sesuatu pun yang
mengikat Dia. Ia dapat menentukan sikap seperti yang dikehendakiNya. Dan kalau
Ia telah menentukan akan berbuat, tidak ada sesuatu pun yang merintangi Dia
untuk melaksanakan kehendakNya. Ia berkuasa untuk menentukan sikap dan Ia
berkuasa untuk melaksanakan kehendakNya. Memang kekuasaan adalah sifat Allah
yang penting. Akan tetapi jangan sampai tekanan pada kekuasaan ini terllau
berat. Oleh karena kalau demikian maka Allah kita pandang sebagai raja yang
tidak mengenal hukum dan hanya memakai kekuasaaanNya dengan semau-maunya
sendiri saja.
Dalam
Kitab Suci dinyatakan, bahwa kekuasaan Allah adalah sesuai dengn hakikat Allah.
“Ia tidak dapat menyangkal diriNya” (2 Tim 2:13). Ia tak akan berbuat hal yang
tidak sesuai dengan hakikatNya. Bahkan dinyatakan juga bahwa Ia tak dapat
berbuat sesuatu: Ia tidak dapat berdusta (Bil 23:19,1 Sam 15:29) dan Ia tidak
dapat berubah (Yak 1:17).[13]
Ada
bukti serupa dalam Perjanjian Baru. Allah menyatakan diri sebagai Dia yang
bagiNya “tidak ada yang mustahil” antara lain kelahirn Yesus dari Anak Dara
(Luk 1:37) dan kelahiran kembali manusia yang jatuh dalam Dosa (Mrk 10:27).
Inilah inti ketuhanan Allah yang menuntut sikap kepercayaan penuh di tengah-tengah
“kemustahilan” sejarah manusia dan situasi pribadi. Allah adalah Tuhan: “Adakah
sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?”.[14]
·
Allah
tidak berubah
Allah
adalah satu, Ia tetap adanya, dari kekekalan hingga kekekalan (Mzm 102:28,Yes
41:4 dst), Ia tidak berubah. Di dalam segala perbuatanNya Tuhan tidak berubah
(Rom 11:29). UmatNya yang telah dipilihNya tidak akan ditolah (Rom11:1).
“Bahwasanya Aku,TUHAN,tidak berubah dan kamu, bani Yakub,tidak akan lenyap.”
(Mal 3:6). Bahwa Allah tidak berubah kelihatannya disangkal oleh nats-nats
dalam Kitab Suci yang menyatakan bahwa Tuhan menyesal (Kej 6:6,1 Sam 15:11),
bahwa Ia mengubah sikap (Kel 32:10-14,Yunus).
Bahwa
Tuhan tidak berubah disebut kekal, kalau dihubungkan dengan waktu dan
disebut mahaada kalau dihubungkan dengan tempat.
i.
Allah adalah kekal. Ini tidak
hanya berarti bahwa hanya Ia tak berawal dan tak berakhir. Pernyataan yang
demikian memasukkan Allah dalam perhitungan waktu. Akan tetapi bawah Allah
adalah kekal mengatakan, bahwa Dialah pencipta waktu. Maka memang Ia juga dalam
waktu akan tetapi tidak dicakupi oleh waktu. Ia tetap di dalam perubahan waktu.
Dialah Tuhan dari kekekalan sampai kekekalan (Mzm 90:2;93:2),Dialah Tuhan yang
kekal (Yes 40:28;Why 10:6).
ii.
Bahwa Allah mahaada itu sesuatu
yang tidak dapaat kita mengerti sama sekali. Hal ini bukannya panteisme yang
mengatakan, bahwa inti segala sesuatu itu adalah Allah. Akan tetapi bahwa Allah
berada di mana-mana tempat itu memang dinyatakan dalam Kitab Suci
seterang-terangnya (Yer 23:24;1 Raj 8:27).
·
Allah
adalah Suci
Berhubungan
dengan “sejarah keselamatan” maka di dalam Perjanjian Lama tekanan lebih
terletak pada kesucian dan di dalam Perjanjian Baru tekanan lebih terletak pada
kasih Allah. Zaman Perjanjian Lama memang zaman persaingan, zaman
partikularisasi. Arti kata dasar dari kata suci dalam PL ialah menceraikan.
Arti ini jadi negatif yaitu menceraikan sesuatu dari benda-benda sejenisnya
yang dengannya, positif yaitu disediakan bagi tujuan yang istimewa.
Dan
pelayanan terhadap Allah harus pelayanan yang suci. Segala alat-alat masa, orang-orang
yang termasuk dalam kebaktian terhadap Yhwh, harus suci. Bangsa yang
melayani Allah juga harus suci adanya. Dan sejarah PL merupakan satu pergumulan
antara pekerjaan Yhwh yang hendah menyucikan Israel dengan pekerjaan
kuasa-kuasa yang menentangi Yhwh dan yang ingin mencemarkan bangsa Israel.
Teranglah bahwa meskipun dalam PB kasih Allah yang ditekankan, tetapi kesucian
Allah juga tidak dilupakan. Dalam PB perintah tetap berbunyi: “Kuduslah kamu,
sebab Aku kudus” (1 Ptr 1:16).
·
Allah
adalah Adil dan Benar
Dalam
Kitab Suci adil dan benar dikatakan dengan satu kata, yaitu tsadik
dalam PL dan dikaios dalam PB. Tsadik artinya: 1)Berbuat sesuai dengan
norma-norma(=benar), 2)Memelihara norma-norma (=Adil). Keadilan Allah mempunyai
sudut yang positif, yaitu memberi pahala kepada orang yang taat kepadaNya dan
sudut negatif ialah menjatuhkan hukuman atas orang yang salah. Dalam PL kedua
sudut seolah-olah mempunyai arti yang harfiah, yaitu barangsiapa saleh
hidupnya, tentu enak juga hiupnya; akan tetapi barangsiapa tidak takut akan
Allah, hidupnya penuh sengasara. Teman-teman Ayub teranglah berpadangan
demikian. Tetapi bahwa pandangan yang demikian adalah keliru dinyatakan dalam
sejarah Ayub juga.
Dalam
PB keadilan Tuhan berkilau seterang mungkin. Di sini teranglah bahwa Ia
menuntut kebenaran yang sempurna. Maka kalau diukur dengan norma ini sungguhlah
bahwa tidak seorang pun yang akan dibebaskan. Yang mengancam manusia ialah
hukuman yang kekal. Hanya Dia yang sungguh-sungguh manusia yang benar dengan
sempurna dan Allah yang sejati adanya,hanya Dialah yang dapat menahan keadilan
Allah dan dapat membebaskan manusia dari hukuman Allah. Allah melihat orang
percaya hanya melalui Kristus. Maka orang percaya di hadapan Allah menjadi
benar. Maka ia dapat berseru : “Hai maut, di manakah kemenanganmu ? Hai maut,
di manakah sengatmu ?
·
Allah
adalah Kasih
Benarkah, bahwa keadilan tentu bertentangan dengan
kasih ?
Kata
yang dipakai dalam Kitab Suci buat kasih bukan eros. Eros dapat
diartikan:cintayang merasakan kekurangannya sendiri dan ingin memenuhkan diri
dengan yang dicintai. Ada kata laain yang dipakai dalam Kitab Suci yaitu philia
yang artinya hampir sama dengan agape. Memang dalam PL, kasih tidak begitu
tampil ke muka. Tetapi bahwa Allah mengasihi umatNya terang sekali. Umat Israel
adalah bangsa yang keras kepala dan senantiasa cenderung meninggalkan Tuhannya.
Akan tetapi selalu sabar hati dan mencari umat Israel. Memang kasih Allah
mengherankan kepada bangsa yang dipilihNya.
Akan
tetapi sifat kasih pada Allah di dalam Yesus Kristus ini adalah unik seperti
yang dinyatakan dalam Kitab Suci. Di dalam agama-agama lain memang ada
pengertian “belaskasihan” atau “bermurah hati”. Tetapi kedua pengertian ini
bukan kasih;orang yang berbelas kasihan atau bermurah hati pada orang lain
bahwa Ia merendahkan diri dan menjadi manusia. Inilah kasih: “Ia telah
menyerahkan nyawaNya untuk kita’’ (1 Yoh 3:16).[15]
·
Allah
itu Maha Tahu (omniscient)
Memiliki
pengetahuan yang sempurna tentang segala hal. “Tuhan itu Allah yang Mahatahu”
(1 Sam 2:3). “Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui
segala sesuatu” (1 Yoh 3:20). “Mata Tuhan ada di segala tempat mengawasi segala
sesuatu” (1 Yoh 3:20). “Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat
dan orang baik” (Ams 15:3;Mzm 139:1-4); Ini adalah peringatan agar kita sadar
bahwa kita tidak bisa menyembunyikan apa pun dari padaNya (Ams 28:13); bahwa
Dia mengetahui penderitaan dan masalah kita dan siap menolong adalah sukacita
kita (Yes 66:2). [16]
Ciri
lain dari pengenalan Tuhan adalah, bahwa Ia mengenal segala sesuatu yang belum
terjadi. Karena Ia adalah pencipta dari segala hal, maka Ialah juga yang
menciptakan segala perkembangan dan segala jalan dari segenap makhluk. Segala
itu telah ada di dalam bagian Tuhan (Yes 46:10;Mzm 139:16;Kis 2:31). Teranglah
bahwa pengenalan Tuhan berlainan daripada yang dikatakan bahwa “dewa mengenal
sebelum terjadi” umpamanya dalam wayang. Meskipun pengenalan di sini mendahului
kejadian, namun ini hanya mengenai waktunya saja. Pengenali di sini disebabkan
oleh kejadian yang akan ada. Jadi pengenalan di sini bergantung pada kejadia.
Pengenalan Tuhan tidaklah demikian, Ia yang menciptakan segala kejadian juga.
Segi
yang istimewa dari pengenalan Allah ialah kebijaksanaan. Kebijaksanaan
meletakkan tekanan pada efek dari suatu perbuatan, jadi yang ditekankan di sini
ialah, bahwa suatu perbuatan mencapai hasil yang baik. Kebijaksanaan Tuhan
dinyatakan dengan terang alam dalam PL maupun dalam PB. Penyataan-penyataan
tentang kebijaksanaan Allah berpusat pada jalan keselamatan, yang diberikan
Allah kepada manusia.[17]
C.
Allah
Menurut Agama-Agama Lain
I. Allah Menurut Agama Hindu
Dalam agama Budha dan Hindu tidak berbicara mengenai Allah. Tidak
menyangkal-Nya dan tidak mengakui-Nya. Pada dasarnya manusia yang menemukan
atman ( jiwa ) dan atman itu sama diakui dengan Brahma yang adalah sumber dan
pencipta segala-galanya. Maka bagi seorang Hindu, meditasi itu memang bersifat
religius karena mempertemukan manusia dengan Brahma. Baik dalam agama Hindu dan
agama Budha orang menemukan Allah dalam dirinya sendiri, tanpa membedakan Allah
dalam dirinya. [18]
Satu-satunya cara yang diapaki untuk mempersatukan tardisi Hindu adalah
pengakuan terhadap otoritas Veda sebagai penyataan atau wahyu ilahi, meskipun
pemaknaannya dalam praktik sering kali diperselisihkan. Veda tersebut semula
diteruskan secara lisan, sehingga teks-teksnya disebut shurti, yang secara
harafiah berarti “ hal yang didengarkan ” Menurut beberapa mazhab Hinduisme
tradisional bahwa veda-veda itu kekal yang tidak berawal dan tidak berakhir.
Beberapa mazhab Hindu meyakini bahwa teks-teks tersebut tanpa penulis. Dan
sebagaiannya meyakini bahwa penulis Veda tersebut adalah Allah. Veda lahir
dalam pengalaman manusia melalui Rishi yang telah menyucikan kesadarannya serta
melihat kebenaran firman ilahi yang kekal. Firman itu yang kadang-kadang di
personifikasi sebagai dewi atau upacara dan yang dididenifikasikan sebagai
Brahma. Maka mereka sering menyebut Brahmana adalah pencipta segala-galanya
Firman yang yang suci itu dipenuhi kuasa ilahi
dan merupakan prinsip kehidupan universal dan merupakan energi yang memebentuk
kosmos dan kehidupan manusia. Firman dinyatakan kepada para pelihat zaman
dahulu dan mereka akan mengungkapkan penyataan tersebut di dalam himne dan
nyanyian mereka. [19]
Bagi banyak orang Hindu penyataan ini bukanlah perisiwa yang supranatural
melainkan merupakan hasil pendisiplinan diri dengan sungguh-sungguh melalui
latihan-latihan yoga yang akan membawa kepada pencerahan. Firman itu hadir pada
manusia namun banyak halangan yang menghambatnya. Penyataan dan wahyu
didasarkan pada kemampuan spiritual yang prinsipnya tebuka bagi setiap orang
dan tidak perlu perantaraan Veda. Ajaran yang dipakai oleh agama Hindu tentang
Allah adalah ajaran tentang Para Brahman dan Apara Brahman adalah Brahman yang
lebih tinggi Apara Barhman adalah Brahman
yang paling rendah. Pra Brahman yang tidak dapat dikenal manusia kerena
sifatnya mutlak, trasenden, dan tidak dapat ditembus akal manusia, sedangkan
Apara Brahman dapat dikenal manusia karena keadaannya lebih rendah[20]
II.
Allah
Menurut Agama Budha
Agama Budha dimasukkan sebagai ilmu
atau ajaran keselamatan (soteriologi). Jika ditinjau dari agama Budha dari
sudut penyataan Allah di dalam Alkitab, kita dapat melihat bahwa berita
keselamatan dan berita kelepasan sangat berlainan karena Budha memberikan suatu
ajaran tentang keselamatan yang sangat sistematis. Manusia menderita karena
dunia tempat manusia tersbut telah fana yang disebabkab oleh hausnya akan
segala apa yang ada id dunia dan terkait dengan dunia dan terhanyut ke dalam
kefanaan. Penderitaan hidup itu adalah suatu akaibat dari keadaan dunia. Jadi
sebab penderitaan itu terletak pada
keadaan dunia dan kedududkan manusia di dalamnya. Maka jalan satu-satunya untuk
menghilangkan penderitaan itu adalah dengan cara mencabut dan melepaskan diri
dari dunia[21].
Umat Buddha memandang kemanusiaan sebagi bagian integral dari keseluruhan
kosmos karena konteks pemahaman tentang kemanusiaan adalah saling
ketergantungan dari seluruh alam semesta. Ada hubungan sebab-akibat secara
timbal balik antara manusia dalam setiap keberadaannya. Ketidakterbatasan
keesaan Allah tidak pernah dialami terpisah dari bermacam-macam kenyataan alam
semesta ini, melainkan ini adalah sifat yang terdalam dari kesatuan kenyataan-
kenyataan itu. Menurut Buddha dunia tidak pernah diberikan kepada manusia untuk
dikuasai atau dieksploitasi melainkan perintah pertama adalah agar menghormati
seluruh kehidupan semua makhluk hidup apapun keberadaannya berarti hal ini
sesuai dengan ajaran Kristen. Secara moralitas Buddha terfokus terutama pada
usaha untuk menjadi pribadi yang bertindak secara tidak egois dan bermoral. [22]
Maka Buddha menerima kelepasan dan keluar dari penderitaan melalui meditasi.
Melalui hal ini mereka akan sampai kepada penyataan Allah dan menuju kepada
hidup masa pencerahan. Sekalipun tidak ada kepercayaan terhadap penyataan ilahi,
praktisi meditasi Buddish mempercayai bahwa kebenaran akan menyatakan diri akan
tercapai melalui sturktur meditasi dan latihan moral yang tepat. Meditasi
Buddhis bergerak dengan tenang dan teratur melalui kekacauan emosional,
membangun konsentrasi serta membawa ke
pengalaman kejernihan dan ketenangan hati
III. Allah Menurut Agama Kristen Protestan
Menurut pandangan Agama Kristen
Protestan penyataan Allah di bagi atas 2
bagian antara lain :
- Allah Sebagai Pribadi Yang Kekal
Allah adalah Alfa dan Omega yang
sebelum dan sesudah, yang tidak ada masa lalu, masa kini dan masa depan. Semua
hal hadir serentak di hadapan Allah. Menurut Augustinus bahwa Allah telah
menggenggam dengan sepenuhnya kehidupan yang kekal. Allah mampu menanggapi
semua manusia Allah berada di dalam waktu ang memiliki arti waktu akan selalu
ada seperti Allah yang selalu ada. Namun dalam hal ini kehadiran waktu tidak
harus dianggap sebagai pembatas terhadap Allah. Allah yang bepribadi sebagai
pribadi yang kekal mengetahui diri kita. Para teolog juga menyebutkan bahwa
Allah berada dalam “Proses ” dengan bukti melalui interaksi Allah dengan
ciptaan-Nya. Allah yang terkait erat dengan alam dan dunia mengasilkan
perubahan yang nyata. Teologi proses melihat Allah dan alam semesta sebagai
bagian yang saling berkaitan dan saling bergantung[23].
- Allah sebagai substansi yang tidak
dibatasi oleh Apapun
Allah yang dimaksud sebagai substansi
yang dibatasi oleh apapun merupakan pernyataaan-pernyataan yang maksduny adalah
pernyataaan yang secara harafiah. Allah adalag benar-benar Allah apapun ada-Nya
dan Ia tidak dapat menjadi lain dari apa ada-Nya. Sebagaimana ia tidak dibatasi
oleh waktu dan Ia yang tidak dapat berubah.
IV. Allah Menurut Agama Islam
Diantara agama-agama besar di dunia
agama Islam adalah satu-satunya agama yang diwujudkan secara ilahi-agama yang
lahir setelah kekristenan muncul dan satau-satunya agama yang suatu penafsiran
atas Yesus dan Maria. Islam menilak Kristologi dan Trinitatis teologi Kristen
dengan penyataan mengenai inkarnasi ilahi di dalam dunia ini. Bagi kaum Islam
Al-Quran secara langsung merupaka firman Allah yang diwahyukan dan tidak di
kontekstualisasi ataupun direlativitasi dengan cara apapun. Al-Quran berasal
dari kuasa ilahi sehingga kaum Muslim harus menerimanya bukan menafsirkan atau
mengkritisinya. Jika bagi umat Kristen pusat penyataan Allah adalah pribadi
Yesus yang mengenai-Nya dengan Perjanjian Baru yang memberikan kesaksian, maka
bagi kaum Muslim Al-Quran sendiri adalah penyataan. Al-Quran mengakui bahwa
Allah memberikan baik Taurat maupun Injil karena tutntunannya bagi manusia
untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Bagi Al-Quran Allah tidak
melahirkan dan tidak dilahirkan. Yesus sebagai Nabi yang tidak pernah mengakui
diri Ialhi melainkan Yesus bagi mereka adalah nabi Isa. Al-Quran menampilkan
Islam sebagai jalan yang benar untuk mengikuti kehendak Allah, di luar itu
tidak ada keselamatan. [24]
Menurut para ulama
Islam Allah adalah Allah. dalam Islam zat, nama dan sifat Allah tidak dapat
dipisahkan. Allah adalah tanapa awal dan tidak dibatasi oleh waktu. Keadaan
Allah yang demikian disebut ( Qidam ) ataua asali. Maka Allah itu kekal (
Baqa). Allah tidak memerlukan tempat atau zat lain untuk kedudukan-Nya dan
tidak tergantung pada apa yang dibuat-Nya. Allah adalah Esa didalam zat-Nya,
maka segala perbuatan-Nya adalah perbuatan Allah. Dengan cara yang demikan
dapat diuraikan Allah yang esa itu berkuasa, berkehendak, mengetahui, hidup,
mendengar, melihat dan yang berfirman yaitu sifat-sifat yang menambahkan suatu
konsep kepada Zat Allah [25]
D. Kesimpulan
Ajaran dogma mengenai
Allah fokus kepada bagaimana agama-agama tersebut memahami, memaknai diri Allah
yang hadir dalam kehidupan manusia. Eksistensi dari Allah akan dipahami sebagai
penolong dan pemberi keselamatan bagi setiap orang. Allah yang kita pahami
didunia ini bukan karena jumlah agama membuat jumlah Allah sebanyak demikian
tetapi Allah hanyalah satu hanya saja setiap agama untuk memahami Allah itu dengan
cara dogma, ajaran dan kepercayaan masing-masing.
Di dalam kepercayaan
agama Kristen khususnya Kristen Protestan, mempercayai TUHAN Allah yang menjadi Yesus Kristus menjelma menjadi
manusia yang memiliki perasaan dan dapat melakukan aktivitas manusia umumnya.
Yang Maha Kuasa, tidak ada di dunia ini yang melebihi ke Maha KuasaanNya. Allah
adalah yang Maha Kuasa, yaitu orang-orang yang berkuasa. Kesimpulan kita disini
ialah, bahwa kekuasaan Tuhan tidak boleh dibicarakan seakan-akan Ia tidak
memberi pernyataanNya, atau seakan-akan Ia tidak menghiraukan firmanNya. Ini
tentu salah, oleh karena Ia adalah yang setia. Ia adalah Yhwh . Jadi
kekuasaan Allah jangan diceraikan dari hikmat dan kasihNya.
Barth
Karl, Dogmatics in Outline, (The Camelot Press Ltd: London and Southampton) 1958
Dister Nico Syukur, Teologi sistematika,(Yogyakarta : Kanisius )
2004
Hadiwijono Harun, Iman
Kristen, (Jakarta: BPK-GM )
2009
Jacob
Tom, Teologi Doa, (Yogyakarta: Kanisius )
2000
Koehler
Edward, Intisari Ajaran Kristen, (Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia) 2010
Lefebure
Leo D., Penyataan Allah, Agama, dan Kekerasan
(Jakarta: BPK-GM)
2003
Lumbantobing, Darwin,Teologi di Pasar Bebas, ( Pematangsiantar:L-SAPA
)
2008
Milne
Bruce, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia )
2000
Niftrik
G.C Van dan B.J Boland Dogmatika Masa
kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia)
1948
Sisipater Karel, Etika Perjanjian Lama, (Jakarta: Suara Harapan Bangsa)
2010
Soedarmoa,
Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia )
2015
Vardy,Peter
Allah Para Pendahulu Kita, Tahukah Kita
Apa Yang Kita Percaya? (Jakarta: BPK-GM )
1992
[1] Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas,
(Pematangsiantar:L-SAPA,2008), 134
[3] Karel Sisipater, Etika Perjanjian Lama, ( Jakarta : Suara Harapan Bangsa,
2010 ), 1-2
[6] Nico Syukur Dister Teologi sistematika (Yogyakarta : Kanisianus, 2004) 127
[8] G.C
Van Niftrik dan B.J Boland, Dogmatika Masa kini , (Jakarta :
BPK Gunung Mulia 1984) 84
[11] Edward Koehler, Intisari Ajaran Kristen,(Pematang Siantar: Akademi
Lutheran Indonesia,2010) 24-25.
[12] Karl
Barth, Dogmatics in Outline,
( The Camelot Press Ltd.,:London and Southampton,1958) 46-49
[13] Soedarmoa,
Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia,2015),110-111
[14] Bruce
Milne, Mengenali Kebenaran,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia,2000) ,95
[16] Edward Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (Pematang Siantar: Akademi
Lutheran Indonesia,2010) 27
[20] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, ( Jakarta :
BPK-GM, 2009 ) 79
[23] Peter Vardy, Allah Para Pendahulu Kita,
Tahukah Kita Apa Yang Kita Percaya? ( BPK-GM, 1992) 15-16
Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31( juga di Matius 22 : 37 - 39 dan Lukas 10 : 27 ), sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :
ReplyDeleteUlangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "
[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha ]
Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "
[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha " ]
Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.
Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema
" . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )
🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱