Panggilan Memelihara Alam (Khotbah Imamat 25: 1-13)
Pendahuluan
Nats ini hendak menjelaskan
kepada kita mengenai “Sabat dan Yobel” yang memiliki tujuan yang sama sesuai
dengan maknanya. Sabat (Ibr. Syabbat,
dari akar kata syavat) yang artinya berhenti, melepaskan dan Tahun Yobel
merupakan puncak tahun-tahun sabat yang dicapai pada setiap tahun ke 50. Inilah
yubilium (Ibr. YovĂ©l) “tanduk domba” sebagai bahan pembuatan trompet/sangkakala.
Maka setiap sangkakala diperdengarkan, maka saat itu pula sudah terjadi
pembebasan, tidak ada lagi penindasan, penyiksaan dan pemacungan. Alkitab
mengindahkan bahwa satu dari tujuh hari harus diindahkan sebagai hari suci bagi
Allah, sebab Dia sendiri yang menetapkannya saat penciptaan. Oleh karena itu,
Sabat adalah tata tertip penciptaan
(Kej.20:8-11). Tahun Yobel adalah tahun pembebasan dimana segala hak milik
dikembalikan kepada pemilik aslinya, hutang-hutang dinyatakan lunas, dan orang
yang menjadi budak karena hutang turut dibebaskan. Unsur-unsur yang perlu
diperhatikan bahwa manusia bukanlah satu-satunya pemilik tanah, dan ia tidak
mempunyai hak milik untuk selama-lamanya.
Penjelasan Nats
Tahun sabat ialah tahun ketujuh
sejak bangsa Israel masuk kedalam tanah Kanaan. Ketika bangsa Israel masuk
kedalam tanah kanaan, otomatis manna yang diberikan Tuhan selama mereka ada
dipadang gurun berhenti diberikan (Yos 5:12). Lalu bangsa Israel harus mulai
makan hasil dari tanah tersebut,
termasuk mulai menabur dan menanam benih, untuk selanjutnya dipanen dan
menjadi bahan makanan bagi mereka. Akan tetapi, Tuhan memberikan perintah agar
mereka menanam selama enam tahun lamanya, dan pada tahun yang ketujuh, mereka
tidak boleh menanam (Ay. 1-4). Mereka hanya boleh makan apa yang menjadi hasil
tanam pada tahun sabat tersebut, apa yang tumbuh di tanah itu harus menjadi
makanan bagi bangsa Israel, termasuk ternak-ternak mereka (Ay. 5-7). Intinya
tahun sabat menjadi tahun perhentian bagi tanah, sehingga tanah tersebut bisa
beristrahat setelah bekerja selama enam tahun lamanya, dan nanti akan kembali
siap untuk menghasilkan pada tahun kedelapan dan seterusnya selama enam tahun
ke depan (Ay.4). Sabda Tuhan menginginkan agar manusia juga tidak semaunya saja
atas tanah, dan ini merupakan wujud kepedulian manusia atas tanah.
Kemudian setelah tujuh kali sabat
(7x7= 49 tahun), pada tahun yang ke-50, Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk
merayakan tahun Yobel, dimana pada tahun yobel, bangsa Israel harus meniup
sangkakala di seluruh negeri (Ay. 8-9). Tahun Yobel itu adalah tahun pembebasan
(Ay. 10). Pada tahun yobel, bangsa Israel juga harus memperlakukan tanah
seperti pada tahun sabat, yaitu tahun perhentian penuh bagi tanah dan mereka
harus makan dari apa saja yang tumbuh di tanah mereka pada tahun itu (Ay.
12-13). Selain memperlakukan tanah seperti pada tahun sabat, pada tahun yobel
bangsa Israel juga harus pulang kedaerah pusaka mereka masing-masing, ke tanah
mereka masing-masing menurut kaumnya (Ay. 10 &13). Tuhan juga memberikan
ketetapan bahwa ketika bangsa Israel menjual tanah, mereka harus
memperhitungkan tahun yobel, karena pada tahun yobel, setiap orang harus
kembali ke tanah mereka. Sehingga tanah yang dijual pada tahun ke-48 misalnya
akan jauh lebih murah dibandingkan dengan tanah yang di jual pada tahun ke-2.
Inti dari hukum terkait tahun yobel ini ialah bahwa tanah yang bangsa Israel
itu sebenarnya adalah milik Tuhan dan bukan milik bangsa Israel, sehingga
urusan mengenai tanah termasuk jual beli tanah dan sewa menyewa tanah, itu
harus diatur dengan jelas oleh Tuhan.
Perintah ini menyatakan bagaimana
umat Tuhan harus bersikap terhadap alam, tidak boleh diberlakukan
sewenang-wenang dan diperas sampai batas terakhir kemampuannya, demi keuntungan
manusia. walaupun Allah telah memberikan mandate kepada manusia untuk berkuasa
atas bumi dan isinya sebagai wakil Allah, tetapi tanah tetap saja adalah milik
Allah. Bagaimana umat memperlakukan tanah menunjukkan sikap umat terhadap Sang Pemilik
tanah. Maka apabila umatnya merusak tanah, sesungguhnya umatnya juga telah
merusak dirinya sendiri. Manusia hidup di dalam alam, apabila alam diperlakukan
layaknya sebagai saudara maka alam pun akan bersahabat. Sebaliknya apabila manusia
merusak alam, maka sesungguhnya alam akan menjadi musuh manusia. Untuk itu,
mulailah dari diri sendiri dan likungan sekitar kita dalam memelihara alam
dilingkungan kita.
Refleksi
Tema minggu ke 2 Set Trinitatis ini, “panggilan
memelihara alam” lewat Sabat dan Tahun Yobel sebagai wujud kecintaan Allah atas
ciptaanNya dan agar manusia juga melakukan ketetapan yang telah ditetapkan oleh
Allah sendiri. Sangat perlu dipahami bahwa Tanah merupakan pemberian Allah
kepada manusia, namun manusia mengeksploitasinya secara seenaknya saja tanpa
peduli apapun yang terjadi. Penebagangan hutan tanpa melakukan reboisasi,
mengakibatkan dampak yang fatal bagi manusia dan ekosistem yang ketergantungan
hidup di hutan, terjadi pencemaran udara akibat pembakaran hutan, dan
pembuangan limbah-limbah industri sehingga merusak tanah. Untuk itu, perlu bagi
kita untuk menerapkan Sabat dan tahun Yobel yang pada dasarnya memberikan
kebaikan bagi manusia itu sendiri.
Post a Comment for "Panggilan Memelihara Alam (Khotbah Imamat 25: 1-13)"