Keselamatan oleh Iman
(Suatu Tinjauan Biblis Bil. 21: 4-9 &
I.
Pendahuluan
Salah satu pokok teologis yang selalu hangat untuk diperbincangkan
hingga saat ini adalah tentang keselamatan. Keselamatan pada dasarnya merupakan
impian setiap orang dalam hidupnya. Namun yang menjadi masalah saat ini, apakah
pemahaman kita tentang keselamatan sudah relevan dengan apa yang dikatakan
Alkitab? Atau keselamatan yang bagaimana yang sesungguhnya yang kita harapkan?
Dalam sajian ini, penyaji mencoba menggali jawaban akan
keselamatan yang sebenarnya seperti yang sudah lama ada dalam Alkitab.
Keselamatan sudah dimulai ketika Allah memilih umatNya
Untuk lebih memahami isi sajian ini, penyaji membuat
sistematika penulisan sebagai berikut:
I.
Pendahuluan
II.
Etimologi
III.
Pemahaman tentang Keselamatan
oleh Iman
3. 1. Pemilihan
3. 2. Keselamatan menurut Bilangan 21: 4-9
3. 3. Keselamatan menurut Roma 10: 4-15
IV. Perbandingan
tentang Pemahaman Keselamatan oleh Iman menurut Bil. 21: 4-9 dan Rom. 10: 4-15
V.
Refleksi Teologis
VI.
Kesimpulan
II.
Etimologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia[1],
keselamatan berasal dari kata dasar selamat
yang berarti bebas dari bahaya, malapetaka, bencana dan sebagainya. Dan keselamatan adalah perihal (keadaan)
selamat; kesejahteraan; kebahagiaan dan sebagainya. Dalam bahasa Ibrani
keselamatan disebut dengan Yesa’ dan
dalam bahasa Yunani disebut Soteria. Dalam
bahasa Ibrani maksud dasar dari kata Yesa’
adalah membawa kelingkungan yang lebih luas yaitu membawa ke arah
pembebasan dari suatu pembatasan yang sebelumnya. Dan dalam bahasa Yunani yang
dimaksud dengan kata Soteria adalah untuk
memulihkan sesuatu yang telah jatuh kedalam tangan orang asing, dan menebusnya
kembali dengan suatu tebusan/bayaran[2].
Iman adalah kepercayaan (yang berkenaan dengan agama); keyakinan dan kepercayaan kepada Allah; ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin[3]. Kata Iman dalam Perjanjian Lama adalahנה נוּמאַ (emunah) yaitu kesetiaan dan percaya[4]. Dalam Bahasa Yunani, Iman disebut dengan πίστις yaitu kepercayaan seseorang terhadap orang lain atau terhadap Tuhan[5].
III.
Pemahaman Tentang
Keselamatan Oleh Iman
3. 1. Pemilihan
Pemilihan bangsa
Peristiwa yang meletakkan dasar berdirinya Isreal
menjadi suatu bangsa tidaklah terjadi
sekali saja. Pemilihan Allah atas bangsa
Peristiwa keluaran bangsa
Hal ini berbeda dengan pemberitaan Amos pada abad ke-8,
ketika bangsa
3. 2. Keselamatan
Menurut Bilangan 21: 4-9
Pernah diyakini bahwa kitab Bilangan ditulis oleh Musa
selurunya, kitab ini mengandung banyak bahan sejarah. Penulis kitab Bilangan
tidak menuliskan namanya, menurut Bil. 33: 2 “ Musa menuliskan perjalanan
mereka……… sesuai denagn titah Tuhan”, inilah satu-satunya catatan tentang
kegiatan Musa sebagai penulis. Dalam kitab ini, ia disebut dengan kata ganti
orang ketiga. Memang dapat dikemukakan bahwa Musa menulis tentang dirinya
dengan memakai kata ganti orang ketiga. Meskipun demikian Musa adalah tokoh
utama kitab Bilangan dan banyak bahan dalam kitab ini berasal dari catatan Musa
atau salah seorang rekanya , mungkin Yosua[10].
Kitab Bilangan mencakup masa selama 38 tahun 9 bulan
yang disebut sebagai masa pengembaraan di
Keluaran Bangsa
Masa di
Penghukuman Allah
terhadap bangsa
Konsep keselamatan
dalam Bilangan 21: 4-9 adalah ketika Allah sendiri datang untuk menyelamatkan
3. 3. Keselamatan
Menurut Roma 10: 4-15
Paulus menulis
Diantara
orang-orang percaya di Roma itu ada beberapa orang yang dulu beragama Yahudi,
lalu menjadi percaya kepada Yesus, tetapi sebagian besar dari mereka terdiri
dari orang-orang yang dulu bukan Yahudi. Dalam bagian pertama suratnya (pasal
1-8) Paulus mempersoalkan tentang kelepasan dari dosa. Dalam bagian kedua dari
suratnya (pasal 9-11), Paulus menguraikan rencana Allah selanjutnya dengan
Surat Roma banyak
memberi keterangan mengenai murka Allah daripada kitab lain dalam PB. Tidak ada
orang yang dapat menghadapi murka itu kecuali Allah sendiri campur tangan
didalamnya, namun Paulus melihat bahwa urusan Allah dan dengan manusia tidak
berpusat pada murkanNya melainkan pada kasihNya. Kasih terlihat sedang mengatasi
halangan yang terbesar terhadap persekutuan Allah dan manusia[18].
Pendamaian dianggap sebagai realitas yang benar-benar dikerjakan oleh kematian
Kristus dan kebangkitanNya. Melalui kematian Kristus pendamaian itu sudah
dikerjakan, entah manusia menerimanya atau tidak, yang pasti Allah sendiri
didamaikan dengan manusia melalui Kristus[19].
Keselamatan dalam Rom. 10: 4-15 ini merupakan keselamatan yang asalnya dari Allah sendiri. Allah datang dan memperkenalkan diriNya sendiri dalam rupa manusia dalam diri Yesus Kristus. Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan segala penggenapan akan karya penyelamatanya itu. Hanya orang yang berseru kepada nama Tuhan, itulah yang akan diselamatkan (ayat 13). Hidup beriman dan percaya kepada Tuhan merupakan syarat akan keselamatan tersebut (ayat 9).
IV.
Perbandingan Tentang
Pemahaman Keselamatan Menurut Bilangan 21: 4-9 dan Roma 10: 4-15
Menurut Gerhard von Rad sebagaimana dikutip oleh David
L. Baker dalam bukunya Satu Alkitab dua
Perjanjian[20],
bahwa hubungan teologi PL dan PB
ditemukan dalam konsep keselamatan. PL merupakan karya penyelamatan Allah,
antara lain: asal
Dalam Bil. 21: 4-9 dijelaskan bahwa Allah menggunakan
ular untuk menghukum bangsa itu, karena bagi bangsa Israel ular merupakan sesuatu
yang kotor dan yang mengakibatkan dosa, dan bagi orang Mesir ular merupakan
sesuatu yang dibenci karena kotor dan menggigit[21].
Allah dalam hal ini nyata telah menghukum umat yang melawanNya. Namun, Allah
sendiri juga memberikan keselamatan atas kesalahan
Perjanjian Baru menceritakan kematian dan kebangkitan Yesus
dari antara orang mati itulah karya nyata terbesar penyelamatan Allah di dunia
ini. Musa selalu memperingatkan bagi setiap orang yang hendak memperoleh
kehidupan (keselamatan) dengan jalan perbuatan, untuk itu hendaklah menyadari
bahwa ia harus melakukan semua perintah hukum taurat (bnd.
Paulus tidak mempertentangkan Kristus dengan hukum
taurat, Kristus disebut sebagai tujuan dan penggenapan hukum taurat. Setiap
orang yang percaya kepada Tuhan akan diselamatkan. Oleh karena itu baginya
tersedia hidup, yang adalah kehidupan bersama Allah yang tidak mengenal
kegagalan, dan ia akan luput dari hukuman terakhir yang menimpa orang fasik. Jalan
yang benar itu adalah jalan iman, jalan itu diberitakan dalam hukum taurat, dan
hukum taurat itu juga memberitakan bahwa Allah menganugerahkan keselamatan
melalui karya Kristus[23].
Hukum taurat menuntut pemenuhan pekerjaan-pekerjaan (bnd. Gal. 3: 10; 5: 3)
tetapi tidak seorangpun yang dapat memenuhinya. Pada ukuranya tidak seorangpun
yang lulus dalam melaksanakan hukum taurat karena semua telah berdosa. Hukum
taurat hanya mempunyai fungsi untuk memastikan bahwa manusia itu telah berdosa
dan membawa pengenalan akan dosa[24].
Allah dalam penyertaanya melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan umat pilihanNya. Namun, karya keselamatan terbesar yang dianugerahkan Tuhan bagi semua orang adalah dalam diri Yesus Kristus. Yesus sendirilah penggenapan segala karya penyelamatan yang dilakukan Allah seperti yang telah di nubuatkan oleh para nabi dan rasul hingga saat ini.
V.
Refleksi Teologis
Allah dalam kemulianNya datang ke dunia ini mengambil
rupa manusia untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya kepadaNya supaya
beroleh hidup yang kekal (bnd. Yoh 3: 16). PL menyaksikan bahwa Allah
senantiasa menyertai umatNya dalam setiap pergumulan mereka. Allah yang
memperkenalkan diriNya terhadap bangsa
Karya
penyelamatan Allah dalam dunia telah nyata dalam kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus. PB telah menjadi penggenapan akan segala karya keselamatan Allah
terhadap umatNya
Realitas yang kita hadapi sekarang adalah ketika
banyaknya kecurangan-kecurangan dalam hidup ini. Kadangkala kita terjebak akan
arus zaman yang semakin menggila, sehingga kita lupa akan diri kita sendiri dan
lupa kepada Tuhan. Persaingan hidup telah menjadi sesuatu yang umum pada masa
sekarang ini, kalau itu dilakukan dengan benar mungkin masih dapat kita terima,
melainkan persaingan sekarang ini telah di bumbui kecurangan-kecurangan.
Masalah sekarang ini juga datang dari alam yang kurang bersahabat, gempa yang
menghancurkan berbagai
Sekarang sudah saatnya Gereja tampil sebagai penyampai suara kenabian Tuhan akan hak-hak orang-orang tertindas. Gereja tidak boleh berpangku tangan sambil melihat warganya menjadi korban para panguasa. Allah melalui gereja harus mampu berjalan di depan untuk menuntut keadilan dan keselamatan terhadap warganya. Dan sebagai orang-orang yang telah diselamatkan oleh darah Kristus, perbuatan kita harus menjadi cerminan bagi orang lain. Namun, kita jangan beranggapan bahwa kita akan diselamatkan melalui perbuatan, tetapi hanya karena imanlah kita akan diselamatkan. Iman yang benar adalah sebagai langkah menuju keselamatan yang sempurna oleh Allah (bnd. 1 Ptr. 3: 13-18). Iman yang dimaksud bukanlah iman yang dibuat-buat melainkan iman yang selalu nyata dalam hidup kita sebagai orang percaya.
VI. Kesimpulan
Pemilihan Allah atas umatNya
VII.
Kepustakaan
Baker, David L. Satu Alkitab Dua Perjanjian
2000
Barth, C. Theologi Perjanjian Lama 1
2004
Bavinck, J.
H. Sejarah
Kerajaan Allah 2
2007
Blommendaal,
J. Pengantar Kepada Perjanjian Lama
1996
Botterweck,
G. Johannes and Ringgren, Helmer (ed),
Theological Dictionary of the Old Testament
Vol. I
1974
Brown, Colin
(ed), The New International Dictionary of New Testament Theology
1975 Michigan-USA:
The Paternoster Press,
Cranfield,
C. E. B.
The International Critical Commentary; A Critical and
Exegetical Commentary on the Epistle to the Numbers
1979
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa
2005
End, Th. Van
Den. Tafsiran Alkitab;
2000
Guthrie,
Donald. Teologi Perjanjian Baru 2
2001
Hinson,
David F. Sejarah
1991
Lasor, W. S.
dkk, Pengantar
Perjanjian Lama I
2001
Marxsen, Willi. Pengantar Perjanjian Baru; pendekatan kritis
terhadap masalah-masalahnya
2000
Situmorang,B.
H. Pengertian Hukum Taurat,
1980 Tesis
Wenham,
Gordon J. Numbers; in Introduction and
Commentary
1981
Wood, W. New Bible Dictionary (Third
Edition)
1996 Leicester-England: Inter-Varsity Press
[1] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa
[2] W. Wood, New Bible Dictionary (Third Edition), Leicester-England:
Inter-Varsity Press, 1996.
hlm: 1046-1047
[3] Depdiknas, Op. Cit. hlm. 425
[4] G. Johannes Botterweck and Helmer Ringgren (ed), Theological Dictionary of the Old Testament Vol. I,
[5] Colin Brown (ed), The
New International Dictionary of New Testament Theology, Michigan-USA:
The Paternoster Press,
[6] C. Barth, Theologi Perjanjian Lama 1,
[7] Ibid, hlm. 196-197
[8] Ibid, hlm. 208
[9] J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama,
[10] W. S. Lasor, dkk, Pengantar
Perjanjian Lama I,
[11] Ibid, hlm. 231-232
[12] David F. Hinson, Sejarah
[13] Ibid, hlm. 240-241
[14] C. E. B. Cranfield, The International Critical Commentary; A
Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Numbers, Edinburgh:
Limited,
[15] Ibid, hlm. 210
[16] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru; pendekatan kritis
terhadap masalah-masalahnya,
[17] J. H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2,
[18] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2,
[19] Ibid
[20] David L. Baker, Satu Alkitab Dua Perjanjian,
[21] Gordon J. Werham, Numbers; in Introduction and
[22] Th. Van Den End, Tafsiran Alkitab; Surat Roma,
[23] Ibid, hlm. 496-497
[24] Bnd. B. H. Situmorang, Pengertian Hukum Taurat, Tesis,
1980. hlm. 51-52
Post a Comment for "Keselamatan oleh Iman"