Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keselamatan oleh Iman

(Suatu Tinjauan Biblis Bil. 21: 4-9 & Rom. 10: 4-15) 

I.                   Pendahuluan

Salah satu pokok teologis yang selalu hangat untuk diperbincangkan hingga saat ini adalah tentang keselamatan. Keselamatan pada dasarnya merupakan impian setiap orang dalam hidupnya. Namun yang menjadi masalah saat ini, apakah pemahaman kita tentang keselamatan sudah relevan dengan apa yang dikatakan Alkitab? Atau keselamatan yang bagaimana yang sesungguhnya yang kita harapkan?

Dalam sajian ini, penyaji mencoba menggali jawaban akan keselamatan yang sebenarnya seperti yang sudah lama ada dalam Alkitab. Keselamatan sudah dimulai ketika Allah memilih umatNya Israel, dan keselamatan itu hanya akan di anugerahkan kepada orang-orang yang berseru kepadaNya. Allah yang penuh kasih selalu menyertai umatNya, bahkan Allah datang sendiri ke dunia untuk menyelamatkan orang-orang yang berseru kepada namaNya yang kudus yaitu melalui karya penyelamatan Kristus.

Untuk lebih memahami isi sajian ini, penyaji membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

I.                   Pendahuluan

II.                Etimologi

III.             Pemahaman tentang Keselamatan oleh Iman

3. 1. Pemilihan Israel sebagai awal Keselamatan

3. 2. Keselamatan menurut Bilangan 21: 4-9

3. 3. Keselamatan menurut Roma 10: 4-15

IV.       Perbandingan tentang Pemahaman Keselamatan oleh Iman menurut Bil. 21: 4-9 dan Rom. 10: 4-15

V.                Refleksi Teologis

VI.             Kesimpulan

II.               Etimologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia[1], keselamatan berasal dari kata dasar selamat yang berarti bebas dari bahaya, malapetaka, bencana dan sebagainya. Dan keselamatan adalah perihal (keadaan) selamat; kesejahteraan; kebahagiaan dan sebagainya. Dalam bahasa Ibrani keselamatan disebut dengan Yesa’ dan dalam bahasa Yunani disebut Soteria. Dalam bahasa Ibrani maksud dasar dari kata Yesa’ adalah membawa kelingkungan yang lebih luas yaitu membawa ke arah pembebasan dari suatu pembatasan yang sebelumnya. Dan dalam bahasa Yunani yang dimaksud dengan kata Soteria adalah untuk memulihkan sesuatu yang telah jatuh kedalam tangan orang asing, dan menebusnya kembali dengan suatu tebusan/bayaran[2].

Iman adalah kepercayaan (yang berkenaan dengan agama); keyakinan dan kepercayaan kepada Allah; ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin[3]. Kata Iman dalam Perjanjian Lama adalahנה נמ(emunah) yaitu kesetiaan dan percaya[4]. Dalam Bahasa Yunani, Iman disebut dengan πίστις yaitu kepercayaan seseorang terhadap orang lain atau terhadap Tuhan[5].

III.            Pemahaman Tentang Keselamatan Oleh Iman

3. 1. Pemilihan Israel sebagai awal Sejarah Keselamatan

Pemilihan bangsa Israel sebagai umat Allah adalah awal keselamatan manusia. Allah telah memilih Abraham dan keturunanya menjadi bangsa yang besar dan menjadi berkat bagi semua orang (Kej. 12: 1-3). Bangsa Israel harus beribadah kepada YHWH dan melakukan perintahNya dengan demikian bangsa itu senantiasa akan diberkati, karena demikianlah perjanjian Allah dengan Abraham (Kej. 17: 7). Allah memilih orang-orang yang disukaiNya, orang-orang yang berkenan kepadaNya. Allah memilih dengan suka rela menurut kehendak dan pertimbanganNya sendiri. Pemilihan Allah atas bangsa Israel terletak dalam pengasihanNya yang bebas, pengasihan yang tidak beralaskan keadaan atau sikap bangsa itu, melainkan berpangkal pada kehendak dan rencanaNya sendiri[6].

Peristiwa yang meletakkan dasar berdirinya Isreal menjadi suatu bangsa  tidaklah terjadi sekali saja. Pemilihan Allah atas bangsa Israel bukan hanya pada zaman Bapa leluhur atau pada waktu keluar dari Mesir dan bukan pula hanya di gunung Sinai atau pada waktu penyerahan tanah Kanaan sebagai milik pusaka. Melainkan juga pada waktu Israel berada di padang gurun terjadi peristiwa pemilihan tersebut. Oleh kalangan tertentu dari umat itu, justru pengembaraan di padang gurun itulah yang dipandang sebagai waktu permulaan atau “kelahiranIsrael[7].

Peristiwa keluaran bangsa Israel dari perbudakan Mesir merupakan suatu karya pemeliharaan dan kesetiaan Tuhan terhadap umat pilihan-Nya. Bagaimana Allah memelihara umatNya, memberi mereka makan dan minum ditengah-tengah ketandusan, meluputkan mereka dari maut yang hendak menelan mereka siang dan malam. Namun dengan melakukan segala tandaNya, Allah tidak berbuat lain daripada memperlihatkan arti pemilihanNya terhadap Israel. Allah memilih umatNya, berarti Ia membebaskan dan memelihara mereka (bnd. Ul. 32: 10; Kel. 15: 13; Kel. 19: 4)[8].

Hal ini berbeda dengan pemberitaan Amos pada abad ke-8, ketika bangsa Israel mencapai kejayaan dan kemajuan di bidang ekonomi, politik dan militer, Israel melupakan keadilan sosial. Amos muncul dengan protesNya yang keras sekali terhadap buruknya keadilan sosial di Isreal. Amos memberitakan sesuatu yang baru bagi Israel, yaitu Allah akan menghukum bangsaNya; hari Tuhan bukanlah suatu keselamatan bagi Israel melainkan hari pengadilan dan penghukuman (Am. 3: 1-2)[9]. Pemberitaan Amos ini seakan bertentangan dengan janji penyertaan Allah ketika bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Namun hal ini sebagai suatu peringatan bahwa Allah akan menghukum umat pilihanNya apabila melupakan perintah-perintahNya.

3. 2. Keselamatan Menurut Bilangan 21: 4-9

Pernah diyakini bahwa kitab Bilangan ditulis oleh Musa selurunya, kitab ini mengandung banyak bahan sejarah. Penulis kitab Bilangan tidak menuliskan namanya, menurut Bil. 33: 2 “ Musa menuliskan perjalanan mereka……… sesuai denagn titah Tuhan”, inilah satu-satunya catatan tentang kegiatan Musa sebagai penulis. Dalam kitab ini, ia disebut dengan kata ganti orang ketiga. Memang dapat dikemukakan bahwa Musa menulis tentang dirinya dengan memakai kata ganti orang ketiga. Meskipun demikian Musa adalah tokoh utama kitab Bilangan dan banyak bahan dalam kitab ini berasal dari catatan Musa atau salah seorang rekanya , mungkin Yosua[10].

Kitab Bilangan mencakup masa selama 38 tahun 9 bulan yang disebut sebagai masa pengembaraan di padang gurun. Kitab ini menceritakan suatu kisah rumit tentang ketidaksetiaan, pemberontakan, kemurtadan dan frustasi yang diperhadapkan dengan kesetiaan dan kesabaran Allah oleh bangsa Israel. Perjalanan dari gunung Hor melalui Edom ke Moab tidak lebih dari dua pekan namun, nyatalah perjalanan bangsa itu dari Gunung Hor ke Moab memakan waktu enam bulan (bnd. Bil. 33: 38-39 & Ul. 1: 3). Cerita dalam Kitab Bilangan menjelaskan bahwa masa 38 tahun perjalan Israel ke tanah Kanaan adalah hukuman atas ketidakpercayaan mereka sehingga tidak seorangpun dari generasi yang tidak beriman dapat memasuki negeri itu (bnd. Ul. 1: 35-36) [11].

 Keluaran Bangsa Israel dari perbudakan Mesir merupakan peristiwa terpenting dalam sejarah pemberitaan Perjanjian Lama. Keluaran dari Mesir berlangsung pada masa pemerintahan Firaun Raamses II, yaitu pada pertengahan abad ke-13. Peristiwa keluaran tersebut telah menjadikan Israel sebagai suatu bangsa (nation). Semua Nabi-nabi senantiasa mengingatkan pendengarnya kepada peristiwa itu. Pemazmur juga memuji-muji Allah karena apa yang telah dilakukan-Nya dalam peristiwa keluaran dari Mesir itu[12].

Masa di padang gurun merupakan pelajaran terus-menerus tentang kehadiran Allah dan juga tentang pemeliharaan-Nya yang tidak ada putus-putusnya terhadap kebutuhan umat-Nya Israel. Bangsa Israel selalu mengeluh tentang kemalangan mereka di padang gurun, seolah-olah mereka telah melupakan kejamnya perbudakan di Mesir[13]. Dalam Bil. 21: 4-9 diceritakan Ketika bangsa Israel bersungut-sungut kepada Musa karena manna yang tidak mencukupi dan air yang kurang. Bangsa Israel menjadi melawan Allah dan Musa, sehingga Allah mendatangkan wabah ular ditengah-tengah bangsa itu. Bangsa itu kemudian memohon kepada Musa, supaya dia berdoa kepada Allah untuk melepaskan mereka, karena sudah banyak dari antara mereka yang mati. Allah dengan perantaraan Musa membuat ular tiruan dari perunggu, dan setiap orang yang melihat ular perunggu itu akan disembuhkan[14].

            Penghukuman Allah terhadap bangsa Israel akan terjadi bila bangsa itu selalu bersungut-sungut dan melakukan apa yang tidak berkenan di mata Tuhan. Namun, sebaliknya Tuhan akan menunjukkan kesetiaan dan pemeliharaanNya kepada bangsa Israel apabila bangsa itu kembali mengingat Tuhan dan berseru kepadaNya. Umat itu pastilah binasa, seandainya mereka ditinggalkan dan diserahkan kepada nasibnya di padang gurun. Tetapi Tuhan tidak meninggalkannya dan tidak menyerahkannya kepada nasibnya. Tuhan melanjutkan kesetiaanNya, sesuai perjanjian yang diikatNya, sehingga pada saat di padang gurun inilah yang mengajarkan kepada umat Israel untuk meninggikan pemeliharaan Tuhan atas tanda-tandaNya yang ajaib[15].

            Konsep keselamatan dalam Bilangan 21: 4-9 adalah ketika Allah sendiri datang untuk menyelamatkan Israel melalui hambaNya Musa. Tuhan senantiasa mencukupkan mereka setiap saat dalam perjalanannya, sehingga mereka mampu bertahan sekian lama dalam perjalanan di padang gurun. Keselamatan dari Allah adalah keselamatan yang nyata dalam perbuatanNya yang ajaib. Namun keselamatan itu hanya akan datang sesudah bangsa Israel kembali berseru kepada nama Allah dan melakukan segala hukum-hukumNya.

3. 3. Keselamatan Menurut Roma 10: 4-15

            Paulus menulis surat Roma kepada jemaat yang tidak didirikanya dan tidak pernah dikunjunginya. Karena itu, tidak heran kalau surat Roma berbeda sifatnya dengan surat-surat Rasul lainya. Isi surat Roma selalu mempunyai kaitan langsung kepada keadaan jemaat. Fasal 1-11 merupakan pengajaran yang bersifat dogmatis dan fasal 12-16 merupakan pengajaran yang bersifat praktis. Dalam surat Roma dijelaskan pemahaman Paulus dalam perubahan aeon (zaman) yang lama ke aeon yang baru. Orang-orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi dari sudut pandang aeon yang baru berdiri di bawah tuduhan yang sama, dalam kesalahan yang sama di hadapan Allah. Kebenaran baru telah diwujudnyatakan melalui kasih Kristus. Ia bukan berasal dari perbuatan melainkan dari iman. Hal ini digambarkan melalui acuan Abraham, yang menerima janji sebelum ia disunat (artinya, diluar taurat)[16].

            Diantara orang-orang percaya di Roma itu ada beberapa orang yang dulu beragama Yahudi, lalu menjadi percaya kepada Yesus, tetapi sebagian besar dari mereka terdiri dari orang-orang yang dulu bukan Yahudi. Dalam bagian pertama suratnya (pasal 1-8) Paulus mempersoalkan tentang kelepasan dari dosa. Dalam bagian kedua dari suratnya (pasal 9-11), Paulus menguraikan rencana Allah selanjutnya dengan Israel. Israel telah menolak Mesias dan tidak mau percaya kepada kelepasan oleh iman karena kesombongan hatinya, tetapi mau melepaskan dirinya dengan kebenaranya sendiri (pasal 10)[17].

            Surat Roma banyak memberi keterangan mengenai murka Allah daripada kitab lain dalam PB. Tidak ada orang yang dapat menghadapi murka itu kecuali Allah sendiri campur tangan didalamnya, namun Paulus melihat bahwa urusan Allah dan dengan manusia tidak berpusat pada murkanNya melainkan pada kasihNya. Kasih terlihat sedang mengatasi halangan yang terbesar terhadap persekutuan Allah dan manusia[18]. Pendamaian dianggap sebagai realitas yang benar-benar dikerjakan oleh kematian Kristus dan kebangkitanNya. Melalui kematian Kristus pendamaian itu sudah dikerjakan, entah manusia menerimanya atau tidak, yang pasti Allah sendiri didamaikan dengan manusia melalui Kristus[19].

            Keselamatan dalam Rom. 10: 4-15 ini merupakan keselamatan yang asalnya dari Allah sendiri. Allah datang dan memperkenalkan diriNya sendiri dalam rupa manusia dalam diri Yesus Kristus. Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan segala penggenapan akan karya penyelamatanya itu. Hanya orang yang berseru kepada nama Tuhan, itulah yang akan diselamatkan (ayat 13). Hidup beriman dan percaya kepada Tuhan merupakan syarat akan keselamatan tersebut (ayat 9).

IV.             Perbandingan Tentang Pemahaman Keselamatan Menurut Bilangan 21: 4-9 dan Roma 10: 4-15

Menurut Gerhard von Rad sebagaimana dikutip oleh David L. Baker dalam bukunya Satu Alkitab dua Perjanjian[20], bahwa  hubungan teologi PL dan PB ditemukan dalam konsep keselamatan. PL merupakan karya penyelamatan Allah, antara lain: asal Israel pada zaman bapa leluhur, pembebasan dari penindasan di Mesir dan pemberian tanah perjanjian. Menurut von Rad, PL diorientasikan kepada masa depan yang menyajikan suatu agama yang dinamis, yang tidak pernah lengkap dengan situasi yang ada melainkan terus-menerus melihat ke depan menuju perkembangan dan penggenapan. Pokok dalam PB adalah keyakinan bahwa suatu peristiwa penyelamatan telah terjadi. PB memberitakan kehadiran kerajaan Allah dalam diri dan karya Yesus Kristus yang dijanjikan.

Dalam Bil. 21: 4-9 dijelaskan bahwa Allah menggunakan ular untuk menghukum bangsa itu, karena bagi bangsa Israel ular merupakan sesuatu yang kotor dan yang mengakibatkan dosa, dan bagi orang Mesir ular merupakan sesuatu yang dibenci karena kotor dan menggigit[21]. Allah dalam hal ini nyata telah menghukum umat yang melawanNya. Namun, Allah sendiri juga memberikan keselamatan atas kesalahan Israel melalui Musa setelah bangsa berseru dan memohon kepadaNya. Karya penyelamatan Tuhan yang terbesar dalam PL adalah ketika bangsa Israel dipilih sebagai umatNya dan ketika Israel dibebaskan dari perbudakan Mesir. Pemeliharaan Allah terhadap bangsa Israel di padang gurun sebenarnya hanya merupakan wujud nyata kasih setiaNya terhadap bangsa pilihan itu.

Perjanjian Baru menceritakan kematian dan kebangkitan Yesus dari antara orang mati itulah karya nyata terbesar penyelamatan Allah di dunia ini. Musa selalu memperingatkan bagi setiap orang yang hendak memperoleh kehidupan (keselamatan) dengan jalan perbuatan, untuk itu hendaklah menyadari bahwa ia harus melakukan semua perintah hukum taurat (bnd. Rom. 10: 5). Dalam perintah ini Allah sungguh-sungguh menjanjikan kehidupan kepada semua orang yang mengejar kebenaran lewat perbuatan. Sekaligus di dalamnya tersirat peringatan: jalan itu adalah jalan buntu, tidak mungkin orang memenuhi segala perintah Allah. Nas ini mengisyaratkan arti dari Im. 18: 5 yang lebih dalam: yang telah melakukan semua itu adalah Kristus[22].

Paulus tidak mempertentangkan Kristus dengan hukum taurat, Kristus disebut sebagai tujuan dan penggenapan hukum taurat. Setiap orang yang percaya kepada Tuhan akan diselamatkan. Oleh karena itu baginya tersedia hidup, yang adalah kehidupan bersama Allah yang tidak mengenal kegagalan, dan ia akan luput dari hukuman terakhir yang menimpa orang fasik. Jalan yang benar itu adalah jalan iman, jalan itu diberitakan dalam hukum taurat, dan hukum taurat itu juga memberitakan bahwa Allah menganugerahkan keselamatan melalui karya Kristus[23]. Hukum taurat menuntut pemenuhan pekerjaan-pekerjaan (bnd. Gal. 3: 10; 5: 3) tetapi tidak seorangpun yang dapat memenuhinya. Pada ukuranya tidak seorangpun yang lulus dalam melaksanakan hukum taurat karena semua telah berdosa. Hukum taurat hanya mempunyai fungsi untuk memastikan bahwa manusia itu telah berdosa dan membawa pengenalan akan dosa[24].

Allah dalam penyertaanya melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan umat pilihanNya. Namun, karya keselamatan terbesar yang dianugerahkan Tuhan bagi semua orang adalah dalam diri Yesus Kristus. Yesus sendirilah penggenapan segala karya penyelamatan yang dilakukan Allah seperti yang telah di nubuatkan oleh para nabi dan rasul hingga saat ini.

V.                Refleksi Teologis

Allah dalam kemulianNya datang ke dunia ini mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya kepadaNya supaya beroleh hidup yang kekal (bnd. Yoh 3: 16). PL menyaksikan bahwa Allah senantiasa menyertai umatNya dalam setiap pergumulan mereka. Allah yang memperkenalkan diriNya terhadap bangsa Israel dalam pemilihanNya, telah membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan menganugerahkan tanah perjanjian untuk menjadi milik bangsa itu.

 Karya penyelamatan Allah dalam dunia telah nyata dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. PB telah menjadi penggenapan akan segala karya keselamatan Allah terhadap umatNya Israel. Melalui kebangkitan Kristus bukan hanya orang Israel yang telah diselamatkan melainkan juga segala bangsa-bangsa, sehingga siapa yang mengaku Dia Tuhan akan diselamatkan (Rom. 10: 12-13).

Realitas yang kita hadapi sekarang adalah ketika banyaknya kecurangan-kecurangan dalam hidup ini. Kadangkala kita terjebak akan arus zaman yang semakin menggila, sehingga kita lupa akan diri kita sendiri dan lupa kepada Tuhan. Persaingan hidup telah menjadi sesuatu yang umum pada masa sekarang ini, kalau itu dilakukan dengan benar mungkin masih dapat kita terima, melainkan persaingan sekarang ini telah di bumbui kecurangan-kecurangan. Masalah sekarang ini juga datang dari alam yang kurang bersahabat, gempa yang menghancurkan berbagai kota akhir-akhir ini telah menggegerkan bangsa Indonesia. Banjir juga seakan telah menjadi tradisi yang buruk bagi bangsa ini, hal ini diakibatkan oleh kerakusan sebagian orang yang gila akan harta dan kekuasaan.

Sekarang sudah saatnya Gereja tampil sebagai penyampai suara kenabian Tuhan akan hak-hak orang-orang tertindas. Gereja tidak boleh berpangku tangan sambil melihat warganya menjadi korban para panguasa. Allah melalui gereja harus mampu berjalan di depan untuk menuntut keadilan dan keselamatan terhadap warganya. Dan sebagai orang-orang yang telah diselamatkan oleh darah Kristus, perbuatan kita harus menjadi cerminan bagi orang lain. Namun, kita jangan beranggapan bahwa kita akan diselamatkan melalui perbuatan, tetapi hanya karena imanlah kita akan diselamatkan. Iman yang benar adalah sebagai langkah menuju keselamatan yang sempurna oleh Allah (bnd. 1 Ptr. 3: 13-18). Iman yang dimaksud bukanlah iman yang dibuat-buat melainkan iman yang selalu nyata dalam hidup kita sebagai orang percaya.

VI.       Kesimpulan

Pemilihan Allah atas umatNya Israel adalah awal dari sejarah keselamatan. PL menceritakan karya keselamatan Allah bagi bangsa Israel nyata ketika mereka dibebaskan dari perbudakan Mesir dan menganugerahkan tanah perjanjian kepada bangsa itu. Dalam PB segala karya keselamatan Allah terhadap bangsa Israel digenapi dengan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Melalui kematian dan kebangkitan Kristus kita telah diperdamaikan dengan Allah yang memperkenalkan diriNya bagi bangsa Israel. Yesus Kristus sendirilah jalan keselamatan itu (Yoh. 14: 6).

 

VII.       Kepustakaan

      

 Lembaga Alkitab Indonesia (LAI),    ALKITAB, Jakarta 2007.

      Baker, David L.          Satu Alkitab Dua Perjanjian

 2000                     Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Barth, C.                     Theologi Perjanjian Lama 1

2004                      Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Bavinck, J. H.                         Sejarah Kerajaan Allah 2

2007                   Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Blommendaal, J.         Pengantar Kepada Perjanjian Lama

 1996                     Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Botterweck, G. Johannes and Ringgren, Helmer (ed),                      

Theological Dictionary of the Old Testament Vol. I

1974                      Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Co.

Brown, Colin (ed),      The New International Dictionary of New Testament Theology

1975                      Michigan-USA: The Paternoster Press, Grand Rapids

Cranfield, C. E. B.     

The International Critical Commentary; A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Numbers

1979                      Edinburgh: Limited, 36 George Street

Depdiknas,                  Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III

2005                      Jakarta: Balai Pustaka

End, Th. Van Den.      Tafsiran Alkitab; Surat Roma

2000                      Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Guthrie, Donald.         Teologi Perjanjian Baru 2

2001                      Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Hinson, David F.        Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab

1991                      Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Lasor, W. S. dkk,         Pengantar Perjanjian Lama I

2001                      Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Marxsen, Willi.            Pengantar Perjanjian Baru; pendekatan kritis terhadap masalah-masalahnya

      2000                      Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Situmorang,B. H.        Pengertian Hukum Taurat,

1980                      Tesis

Wenham, Gordon J.    Numbers; in Introduction and Commentary

1981                      England: Inter-Varsity Press Leicester

Wood, W.                   New Bible Dictionary (Third Edition)

1996                      Leicester-England: Inter-Varsity Press

 

 



[1] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka. 2005. hlm. 1017

[2] W. Wood, New Bible Dictionary (Third Edition), Leicester-England: Inter-Varsity Press, 1996.

hlm: 1046-1047

[3] Depdiknas, Op. Cit. hlm. 425

[4] G. Johannes Botterweck and Helmer Ringgren (ed), Theological Dictionary of the Old Testament Vol. I, Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Co. 1974, hlm. 317

[5] Colin Brown (ed), The New International Dictionary of New Testament Theology, Michigan-USA: The Paternoster Press, Grand Rapids, 1975. hlm. 594

[6] C. Barth, Theologi Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2004. hlm. 75

[7] Ibid, hlm. 196-197

[8] Ibid,  hlm. 208

[9] J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1996. hlm. 129-130

[10] W. S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama I, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2001. hlm 233-234

[11] Ibid, hlm. 231-232

[12] David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1991. hlm. 56

[13] Ibid, hlm. 240-241

[14] C. E. B. Cranfield, The International Critical Commentary; A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Numbers, Edinburgh: Limited, 36 George Street. 1979. hlm. 274

[15] Ibid, hlm. 210

[16] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru; pendekatan kritis terhadap masalah-masalahnya, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, hlm. 122-123

[17] J. H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2007. hlm. 836-837

[18] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2001. hlm. 111

[19] Ibid

[20] David L. Baker, Satu Alkitab Dua Perjanjian, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2000. hlm. 160-161

[21] Gordon J. Werham, Numbers; in Introduction and Commentary, England: Inter-Varsity Press Leicester. 1981. hlm. 157

[22] Th. Van Den End, Tafsiran Alkitab; Surat Roma, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2000, hlm. 486

[23] Ibid, hlm. 496-497

[24] Bnd. B. H. Situmorang, Pengertian Hukum Taurat, Tesis, 1980. hlm. 51-52


Pdt. Erik Sunando Sirait
Pdt. Erik Sunando Sirait Anak Pertama dari 7 bersaudara, ibu yang melahirkan boru Simalango (Parna), Istri Lilis Suganda Lumban Gaol dan sudah dikaruniakan 3 Putri yang cantik Sheena Syelomitha Sirait Serefina Faith Sirait Shiloh Hope Sirait

Post a Comment for "Keselamatan oleh Iman"