Penatua: Hakikat dan Tugas Panggilannya
Pendahuluan
Salah
satu jabatan penting di GKPI saat ini adalah jabatan “Penatua” dan peranannya
sangan sentral di tengah-tengah jemaat. Sesuai dengan statistik GKPI DI Almanak
2020, jumlah Penatua GKPI adalah 7.526 orang, yang melayani anggota jemaat
262.894 jiwa atau 59.035 kepala keluarga di 1.113 jemaat. Jumlah penatua
tersebut sudah cukup besar dan menunjukkan betapa peranan penatua di gereja
kita sangat menentukan dalam pelayanan jemaat.
Sekalipun
jabatan Penatua sangat berarti di gereja kita masa kini, namun sering kali
timbul masalah-masalah di sekitar kepenatuaan. Misalnya sering Penatua merasa
jabatannya sebagai pangkat. Ada juga merasa puas dalam pelayanannya hanya
setelah selesai melaksanakan tugasnya sesuai jadwal. Ada juga penatua setelah
penahbisan tidak sungguh-sungguh lagi melayani, tidak memiliki integritas dan
dedikasi sehingga tidak bisa menjadi teladan bagi anggota jemaat. Hal-hal ini
mungkin menjadi penyebab kenapa sekarang ini makin sulit untuk merekrut calon
penatua. Menyikapi masalah ini penting bagi kita memahami kembali apa hakikat
panggilan penatua dan apa tugas panggilannya di tengah-tengah jemaat.
Istilah Penatua
Diterjemahkan
dari kata Yunani Presbyteros (Luk.
22:66; Kis. 14:23; 22:5; 1Tim. 4:14; 5:19; Tit. 1:5). Disamping itu, istilah
penatua juga diterjemahkan dari kata episkopos,
yang artinya penilik. Dari kata episkopos
yang kemudian berkembang menjadi kata uskup atau bishop, namun demkian kata episkopos lebih menunjuk kepada
pekerjaan penatua (dalam Bibel Batak Toba, kata episkopos beberapa kali diterjemahkan dengan sintua; Flp. 1:1; Tit.
1: 7). Dengan demikian munculnya kata Presbyteros
dan Episkopos dalam Perjanjian
Baru ingin menunjukkan bahwa istilah penatua merupakan jabatan gerejawi yang
sangat penting dalam pelayanan di jemaat-jemaat yang didirikan oleh para Rasul.
Arti Panggilan Penatua
Di
gereja-gereja Protestan jabatan-jabatan tersebut dikenal dengan “Jabatan
Gereja” (Batak: tohonan). Mereka yang memangku jabatan-jabatan gereja disebut Partohonan. Penulis Perjanjian Baru
memilih kata diakonia (arti
sebenarnya pelayanan, terutama pelayanan di meja makan) untuk menunjukkan
“jabatan gereja”. Dalam konteks Yahudi jabatan diakonia didalamnya tidak
memiliki unsur kehormatan, sebaliknya dianggap hina dan tidak berharga. Hal itu
bermakna untuk memanggil kita para pelayan tahbisan, termasuk penatua agar
senantiasa rendah hati dalam pelayanan.
Jabatan Gereja
adalah pemberian Tuhan. Untuk melaksanakan tugas gereja di bidang Apostolat,
Pastorat, Diakonat untuk mewujudkan rencana penyelamatan Allah, untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan
tubuh Kristus (Ef. 4: 11-16; Kis. 6: 1-6; 13: 2-3; 1Kor. 12: 7). Oleh karena
itu jabatan dalam Gereja adalah sebagai karunia dan jabatan itu adalah kudus,
karena Tuhan yang memberi jabatan itu.
Pola pelayanan
para pejabat gereja ditentukan para pejabat gereja ditentukan oleh pola hidup
Yesus “Melayani bukan untuk dilayani” (Mrk. 10: 45)
Hal
pokok yang berkaitan dengan jabatan dalam gereja bukan status atau kuasa tetapi
panggilan pelayanan. Tuhanlah yang memanggil kita untuk melayani. Kita harus
meyakini panggilan Tuhan atas diri kita sebagaimana ditekankan firman Tuhan : “Bukan kamu yang memilih Aku,
tetapi Akulah yang mmilih kamu. Dan aku telah menetapkan kamu, supaya kamu
pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap...” (Yoh.15:16). Di dalam nas
nas PB tidak ada jabatan yang memperlihatkan bahwa yang satu lebih tinggi
daripada yang lain. Perjanjian Baru tidak mengajarkan hierarki jabatan. Semua
jabatan adalah sama dihadapan Tuhan yang berbeda adalah hanya fungsi atau tugas
panggilan masing-masing. Dengan demikian panggilan penatua adalah sebuah
panggilan yang kudus dari Yesus Kristus untuk melayani sesuai dengan tugas
panggilannya. Sebagaimana pejabat-pejabat lain di dalam Gereja, penatua
terpanggil untuk melayani dengan rendah hati, tidak menekankan kuasa, tetapi
meneladani pola pelayanan Yesus.
Tugas Panggilan Penatua
Panggilan
penatua sebagai pelayan di tengah-tengah gereja adalah suatu panggilan yang
indah dan mulia. Paulus menyaksikan dalam 1 Timotius 3:1 : “ Siapa yang
mengkehendaki jabatan penilik jemaat,ia menginginkan suatu pekerjaan yang
indah”. Sebab panggilan penatua pada hakikatnya adalah untuk melayani Tuhan,
sehingga mereka disebut hamba-hamba Tuhan. Bagaimanakah tugas panggilanpenatua
dapat kita pahami?
a. Di dalam
Alkitab
Pada
gereja mula-mula cakupan tugas penatua cukup luas. Pemimpin gereja mula-mula
yang berpusat di Yerusalem adalah para rasul. Rasul Yohanes dan Petrus yang
menyebut diri “penatua”, presbyteros
(2 Yoh 1:1; 1 Ptr 5:1) adalah pemimpin jemaat. Sebagai pemimpin, tugas mereka
yang utama adalah memberitakan injil dan mengajar. Tetapi tugas itu cakupannya
terlalu luas, sehingga ada kelalaian memberitakan Firman. Untuk itulah para
rasul berkumpul dengan anggota jemaat untuk memilih orang-orang melakukan
tugas-tugas itu (Kis 6:3-4). Setelah injil semakin tersebar sampai ke luar
Palestina ( di luar Yerusalem ) maka semakin banyaklah jemaat-jemaat berdiri,
sehingga para penatua menjadi pembantu para rasul. Ditengah-tengah jemaat yang
didirikan oleh Paulus, peranan penatua sangatlah penting, karena itu dia
mengatakan perlunya diatur dan ditetapkan penatua penatua di setiap kota (Bibel
Toba: di ganup hua, Tit.1:5).
Ada
tiga hal menjadi tugas panggilan penatua: Pertama,
penatua adalah pelayan di tengah-tengah jemaat. Yesus Kristus adalah pelayan.
Dia datang bukan untuk menjadi tuan danbukan juga untuk memerintah, tetapi
untuk melayani sebagai hamba(Yoh 13:4-5). Kedua,
penatua adalah seorang guru. Yesus Kristus dalam pelayanan-Nya adalah
seorang guru (Rabbi). Sebagai guru dia mengajarkan Firman Tuhan kepada
murid-murid-Nya; tetapi Diatidak hanya mengajar, Dia juga menjadi teladan (Yoh
13:13-15). Jadi penatua sebagai guru juga terpanggil untuk menjadi teladan bagi
anggota jemaat. Ketiga, penatua
sebagai gembala. Sama seperti Yesus adalah gembala (Yoh 10:11-16), jabatan
penatua pun adalah sebagai gembala yang harus meniru pola penggembalaanYesus.
Sebagai gembala, penatua harus mengenal dengan baik, maka pelayanan
penggembalaan tidak akan berjalan dengan efektif.
b. Di dalam
Agenda GKPI
Di dalam Agenda
GKPI disebutkan ada 7 butir tugas pelayanan Penatua:
1.
Pangula ni Huria
do nasida mamata matahon dongan, angka na pinasahat tu nasida, na hurang ture
parange ni manang ise, ingkon pinsangonnasida i manang paboaon nasida tuguru
manang tu pandita, asa dipature.
2.
Mandasdas dongan
tu parmingguon dohot manangkasi alana umbahen naso ro.
3.
Mandasdas
dakdanak sikola minggu, asa ondop ro.
4.
Maningkir angka
namarsahit jala paturehon na ringkot di nasida dohot nasa na tarpatupasa, alai na rumingkot, pasingothon
Hata ni Debata tu nasida dohot tumangianghonsa.
5.
Mangapuli angka
na marsak, paturehon angka na dangol dohot na pogos.
6.
Mangapuli angka
sipelebegu dohot angka na lilu, asa dohot nasida marsaulihon hangoluan na
pinapupa ni Tuhan Jesus.
7.
Mangurupi
peturehon angka pelean dohot ulaon na ringkot tu harajaon ni Debata.
Kalau kita melihat ketujuh bidang
tugas penatua tersebut, ada beberapa kata kerjayang merupakan kata kunci dalam
mengungkapkan tugas pelayanan penatua, seperti : mematamatahon,mandasdas, manangkasi, maningkir, pangishon,
manangiangkon, mangapuli, paturehon,
mangurupi. Hal itu menunjukkan bahwa lapangan utama pelayanan penatua
adalah di tengah-tengah sektornya, dan tugas utama penatua adalah sebagai
gembala (parmahan). Karena itu, metode pelayanan penatuayang sangat eekti
adalah perkunjungan rumah tangga (Visitasi). Selanjutnya sasaran penatua adalah
: Angka dongan na pinasahat tunasida,
nahurang ture parangena, na so ro tu parmingguan, dakdanak sikola minggu,
namarsahit, namarsak, nadagol, napogos, sipelebegu, na lilu. Hal ini
menunjukkan betapa penatua terpanggil untuk melayani anggota jemaat yang
memiliki banyak pergumulan. Itu berarti penatua berada di garis depan untuk
melayani jemaat di sektornya dengan segala macam tantangan yang ada supaya
anggota jemaat tetp setia dan kuat dalam imannya.
·
Spritualitas Penatua
Mengingat tugas panggilan penatua yang
cukup berat tapi sekaligus juga mulia dan kudus, maka seorang penatua harus
memiliki spritualitas (kerohanian) yang kuat. Unsur-unsur spritualitas penatua
yang dirindukan oleh Tuhan sehingga kuat dalam pelayanan adalah:
a. Percaya bahwa dirina telah memperoleh
keselamatan yang dianugrahkan oleh Tuhan. (Yoh 3:16; Roma 5:8-10; 1 Yoh 4:9;
Efesus 2:8-9).
b. Yakin akan panggilannya sebagai hamba Tuhan
(Efesus 4:11-12; Yesaya 49:1b; Galatia 1:15).
c. Percaya bahwa Tuhan menyertainya dalam
pelayanan ( Yohanes 1:9; Mazmur 121:5; Matius 28: 20b).
d. Hidup dari Firman Tuhan. Paulus menasehatkan
Timotius agar tekun mempelajari Firman Tuhan supaya kemajuannya nyata di depan
semua orang (1 Timotius 4:6,7,15).
e. Hidup adalah doa. Seorang pentua harus selalu
bertekun dalam doa. Berdoa berarti selalu bergantung kepada kuasa Tuhan yang
dapat melakukan perkara perkara besar dalam pelayanan (Matius 7:7; Yakobus
5:16b; Efesus 3:20)
f.
Memberi
persembahan kepada Tuhan dengan tulus (Kejadian 4:4; 2 Korintus 9: 7).
g. Menjadi penatua yang berhati hamba (Yohanes
13:13-17; Filifi 2:8; Efesus 4:2).
h. Hidup dalam kekudusan dan menjadi teladan
(Titus 1:1).
Post a Comment for "Penatua: Hakikat dan Tugas Panggilannya"