Khotbah dan Pengkhotbah
Pendahuluan
Secara umum pengertian dari sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan yang dimiliki oleh seseorang mengenai aspek-aspek lingkungannya. Dari sikap kita dapat melihat bagaimana dan seperti apakah seseorang tersebut dala ehidupannya yang akan mempengaruhi cara berpikir, cara berbicara, mengambil keputusan dan cara bertindak. Oleh sebab itu sikap yang selalu di identikkan dengan perbuatan akan memiliki makna tersendiri dalam hidup manusia. Dalam perenungan ini akan di jelaskan bagaiman, mengapa dan hal-hala apakah yang terjadi di dalam diri si pengkhotbah. Kepribadian dari si pengkhotbah akan menjadi cerminan isi khotbahnya. Sumbangsih atau pola pikira yang dimiliki oleh si pengkhotbah itu akan menjadi isi dari khotbahnya seperti bagaimana pendapatnya terhadap nats khotbah begitu juga pemahaman yang ia miliki untuk di sampaikan kepada jemaat. Akan jelas nampak pengkhotbah-pengkhotbah yang menguasai nats atau tidak. Pengkhotbah-pengkhotbah yang kurang persiapan atau tidak dan yang memiliki wawasan yang luas atau tidak. Telah menjadi kenyataaan di beberapa gereja banyak penghkotbah yang hanya berkhotbah di mimbar tertapi tidak melakukannya sesuai dengan yang ia alami. Semua jauh dari yang di harapkan. Namun ada juga pengkhotbah yang tidak dapat membedakan masalah pribadinya dengan masalah orang lain, dan masalah keluarga. Oleh sebab itu banyak diantara pengkhotbah yang tidak meninggalkan atau menyelesaikan masalah di rumah maka ia akan membawa masalah tersebut ke mimbar. Hal ini akan membuat diri pengkhotbah tersipu malu dan salah tingkah. Ada juga penghkotbah yang di bawah alam sadarnya yang mengatakan dan melakukan perbuatan yang kurang baik. Apakah ini salah dirinya ? faktor apakah yang membuat peristiwa demikian terjadi ? Bagimanakah cara yang tepat untuk membuat pengkhotbah sekarang memiliki sikap yang di inginkan oleh Allah yang sering disebut “ Hamba Allah
II. Isi
Sikap Pengkhotbah
Dalam pemberitaan firman Allah hal-hal
ang harus dilakukan oleh pengkhtbah adalah melihat kembali seperti apakah
sikap-sikap yang ada dalam Alkitab yaitu sikap dari para nabi, rasul dan
murid-muris Yesus. dan yang menjadi teladan yang pertama adalah Yesus.
pengkhotbah sekarang kurang melihat ke belakang sejenak dan kurang mengevaluasi
isi dan cara penyampaian khotbah di mimbar. Kedangkalan terhadap pemahaman
Alkitab dan wawasan yang lain akan mengakibatkan pengkhotbah mengulangi
kata-kata yang serin ia katakan dalam mimbar. Maka dari hal-hal berikut ini
akan berdasarkan perenungan akan dijelaskan bagimana pengkhotbah sekarang :
- Dari segi pakaian/ penampilan
Yang menjadi kendala bagi sebagian
pengkhotbah adalah pakaian yang dipakai saat berkhotbah. Memang apabila
berkhotbah dalam gereja mingguan pakaian akan di tutupi oleh toga. Namun tidak
semua acara yang ada kaitannya dengan kebaktian dan khotbah pengkhotbah akan
memakao toga. Pada kesempatan yang lain pengkhotbah sering memkai pakaian yang
mahal, cantik dan mempesona sehingga seakan-akan pengkhotbah itu sendiri
sedanga melakukan iklan atau menunjukkan gaya pakaian zaman sekarang. Padahal
kita tahu di dalam Alkitab tidak pernah membahasa tentang pakain dari pemberita
firman. Seharusnya penghkotbah memiliki hidup yang sederhana dan pakaian yang
ia pakai tidak menjadi bahan percakapan oleh orang lain. Seolah –olah
pengkhotbah itu adalah orang kaya dan harus mengikuti zaman
- Dari segi bahasa/ cara penyampaian
Apa yang ada di dalam pikiran
seseorang itu juga yang akan disampaiakan. Begitu juga dengan diri si
pengkhotbah. Apa yang ada di dalam hati dan pikirannya itu juga yang akan di
sampaikan kepada jemaat. pengkhotbah sekarang telah banyak menyampaikan yang
dia alami dari pada apa yang dikatakan oleh Alkitab. Maka kebanyakan jemaat
bingung apakah pengkhotbah sedang membagi pengalaman atau memberitakan apa isi
Alkitab. Ada juga sebagian pengkhotbah yang berusaha membuat jemaat tersebut
tertawa mendengarkan khotbahnya sehingga iaka akan dijuluki sebagai penghkotbah
yang handal. Dasar dari khotbah telah hilang dan tidak jelasa lagi apakah dari
Alkitab, pengalaman, atau lelucon? Dalam penyampaian khotbah banyak pengkhotbah
yang terus melakukan hal-hal yang membingungksn jemaat. da juga pengkhtbah yang
mengandalkan lelucon tidak mengandalkan Tuhan lagi.memang membua lelucon dalam
khotbsab bisa juga di artikab bahwa pengkhotbah tersebut memiliki kreativitas.
Tetapi perlu kita ketahui kretivifitas yang seperti apakah yang di ingingkan
oleh Allah ? Menurut buku Perjumpaan yang Kreatif agar manusia memiliki
kreatifitas yang baik maka seseorang tersebut harus: memiliki sikapyang
keterbukaa, berfikir positif, kerendahan hati, kerahmahtamahan, gemar bertanya,
integritaskepribadian, pendamai, viisoner dan keadilan.[1]
Orang memiliki sikap seperti akan memberikan kreatifitas yan terarah dan tidak
hanya memiliki tujuan supaya jemaat tertawa saja. Pengkhotbah sekarang telah
susah untuk bertanya kepada sesama pengkhotbah atau kepada teman yang lain
seperti apakh siakpa yang ia miliki alam menyampaikan khotbah. Semuasudah
merasa nyaman dan hebat selagi tidak ada yang memprotes dan menanggapi. Itulh
menjadi kelemahannya diri pengkhotbah
- Dari kehidupan sehari-hari
Mungkin hanya beberapa orang saja yang
mengetahui kepribadian dari si Pengkhotbah karena biasa saja pengkhotbah
orangnya yang tertutup atau jarang keliahtan di publik. Orang yang mengetahui
sikap dari sipengkhotbah adalah orang yang berada di dekatnya atau orng yang
sering bersamanya. Dalam hal inilah pengkhotbah tidak terlalu diketahu oleh
orang lain. Namun dalam khotbah di mimbar akan nampak secara jelas kehidupan
dari si pengkhotbah dari cara mengucapkan kata-kata. Apakah tegas, lembut atau
dapat mempengaruhi orang lain. Dalam hal ini ada bebrapa sikap dari
penghkhotbah yang menjadi hal yang haris diteladani yaitu : keberanian, kemampuan
dan spiritualitas. Beberapa dari pengkhotbah banyak yang berani untuk
berkhotbah dan selalu siap berkhotbah dimanapun sesuai dengan yang ditugaskan.
Bahkan tidak hanya di dalam gereja melainkan di tempat-tempat yang lain. Sikap
seperti ini berarti melakukan tugas dan panggilan. Pengkhotbha menyampaikan
firman Allah tidak hanya dalam gereja melainkan di dalam tempat-tampat yang
lain juga yang membuthkan akan firman Allah. Hal ini masih dilakukan oleh para
pengkhotbah sampai sekarang. Mereka yang tidak menolak dan selalu siap.
Halpositif yng lainnya adlah bahwa pengkotbah selalu menghargai pengkhotbah
yang lainnya sekalipun ada beberapa masalah yang lain dengan temannya tersebut,
karena ia tahu bahwa itu adalah hal yang tidak perlu untuk ditiru melainkan
akan segera dibuang. Sikap yang lain berada dalam jiwa pengkhotbah adalah sikpa
yang tidak mendemdam dengan orang lain
b. Kepribadian Pengkhotbah
Pribadi
sangat menentukan siapakah kita yang sebenarnya. Begitu juga dengan pengkgotbah
yang memiliki kepribadian akan menentukan siapakah dirinya sendiri. Pengkhotbah
seharusnya memiliki citra pemberita Allah yang seperti dalam Alkitab PL dan PB
sebagai acuan untuk berkhotbah. Kadang juga sikap yang tegas dan lembut harus
dibukakan kepada jemaat sesuai denga konteks agar jemaat mengetahui apa yang
dikatakan oleh Alkitab. Tetapi pengkhotbah juga harus mampu mengatasi apa
emisional dalam menyampaikan khotbah. Ada hal -hal yang perlu di ketahui oleh
pengkhotbah dalam membentuk kepribadiannya antara lain :
- Mendahului
suara Tuhan tidak suara manusia
- Bersedia
memberitakan firman Tuhan dalam segala waktu dan kondisi
-
Menjadi pribadi yang menolak penyalah
gunaan status dan pekerjaan sebagai pengkhotbah untuk kepentingan material
- Mampu
bekrja sama dengan para pengkhotbah yang lainnya
- Tidak
memaksa pendengar untuk mempercayai isi pemberita
- Bersedia
untuk menghadapi resiko [2]
Pribadi yang keras akan memiliki isi khotbah yang keras juga sedangkan pribadi
yang lembut akan memiliki isi khotbah yang lembut juga. Dalam hal ini citra
dari pemberita firman itu akan terlihat sangat jelas pada cara penyampaian dan
isi khotbah. Kehidupan sehari-hari juga akan mempengaruhi dan akan memberikan
warna isi khotbah. Karena pada umunya pengkhotbah akan menyelipkan dalam
khotbahnya seperti apa pengalamannya. Orang akan tahu pengalaman adalah bagian
dari aktifitas dan kehidupan sehari-hari. Pribadi pengkhotbah harus mengetahui
ketiga hal ini yaitu :
1. Pengkhotbah adalah pembawa pesan
Kristus
2. Pengktotbah sebagai mewakili Kritus
3. Pengkhotbah ( pendeta ) merangkum
tiga jabatan Kristus yaitu sebagai nabi, imam dan raja. Ketiganya dapat diaplikasikan
hanya melalui ketaatan dan kesetiaan akan panggilan Tuhan dan Allah
mempersiapkan hambay-Nya jauh sebelum tampil. [3]
III. Penutup
Pengkgotbah adalah sosok yang sering
dikaguni oleh banyak orang karena ia tampil untuk memberitakan kabar baik dan
pesan Allah. Pesan ini yang sering dipakai atau sebagai acuan dari jemaat untuk
menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu pengkhotbah yang mencermintak
dirinya kepada Alkitab akan menyampaikan khotbahnya sesuai dengan isi Alkitab.
Pengkhotbah yang tidak melihat hal material atau apa yang ia dapatkan setelah
berkhotbah akan memajukan dan meningkatkan spiritual dan kegigihannya dalam
berkhotbah. Karena ia tidak tergantung pada materi tetapi sangat tergantung
kepada apa yang dikatakan oleh Alkitab. Oleh karena itulah jiwa yang harus
dimiliki adalah jiwa yang tidak dipengaruhi oleha apapun. Memang sangat begitu
sulit meneladani oleh Yesus. kita semua tahu bahwa hidup Yesus sangt sederhana
tidak mempunyai tempat tinggal yang pti, tidak digaji, bahkan tidak sempat untuk
mencari makanan. Apakah pengkhotbah sekarang menyadair hal-hal tersebut?
Telah menjadi masalah yang terbesar
bagi pengkhotbah yang hanya melihat kedepan tetapi tidak melihat yang berada di
sekiatnya. Mereka melihat hanya untuk
kepentingannya saja tetapi tidak melihat hal-hal yang harus dilakukan dalam
hidupnya. Seperti telah banyak pendeta yang ennggan mengunjungi jemaat, tidak
mengajak jemaat gereja, pura-pura tidak tahu sehingga tidak ada perkembangan
dalam gereja tersebut. Oleh karena itu jemaat yang malas beribadah akan
bertahan tersu-menerus karena tidak ada yang menegur. Banya yang tidak
ramah-tamah yang ada hanyalah berdiam diri di rumah. Bagaimanakah nanti si
pengkhotbah dalam mempertanggung jawabkannya di hadapan Tuhan? Kesadaran akan
pemberita firman Allah mulai menghilang yang ada hanyalah sebagai penguasa
dalam gereja bukan sebagai sosok pelayan yang setia.
Gabungan antara kepribadian dan pengetahuan akan mempengarhu jiwa pengkhotbah dalam menyampaikan khotbah dan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang memiliki jiwa mental andalan akan memiliki pola hidup yang pantas untuk di andalkan tetapi jika mereka memiliki pola hidup dan jiwa pemalas akan memiliki kemerosotan iman, krisis wawasan, dan hidup dalam satatis bukan dinamis
Kesimpulan
Dari hasil penjelasan di atas saya
dapat menyimpulkan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan diri
pengkhotbah dalm kehidupan sehari-hari. Begitu juga faktor tersebut akan
mempengaruhi abgaiman ia akan menyampaiakan khotbah dalam mimbar. maka darri
hal tersebut menurut dapat saya simpulkan bahwa sikap yang di butuhkan
pengkhotbah sekarang adalah :
1. Sikap
yang mengingat kembali siapakah diri pengkhotbah tersebut yang berada di
tengah-tengah masyarakat
2. Tidak
terlalu memikirkan materi dan mengharapkan apa yang akan di terima setelah ia
berkhotbah
3. Menjaga
cara dan sikap yang sesuai dengan cara penyampaian khotbah yang baik di kalang
umum sesuai dengan konteks
4. Peka
dan mampu melihat apa yang di butuhkan jemaat sekarang dari sudut pandang
Alkitab
5. Tidak
terlampaau membuat sensai apapun dalam khotbah menceritakan pengalaman yang
berlebihan, pakaian, assesories, sepatu dll
6. Penampilan
yang sederhana saja
7. Tidak
menggunakan kata-kata yang berulang-ulang dalam menyampaikan khotbah sehingga jemaat
akan mudah nagntuk dan bosan
8. Menampakkan kehidupan sehari-hari yang
mencerminkan isi khotbah, sehinnga pengkhotbah tidak hanya dikatakan sebagai
pengkotbah di altar tetapi kehidupannya jauh dari apa yang diharapkan
[1] Deonal Sinaga, Perjumpaan
keretif- Mengembangan Kemampuan Terbaik dalam Setiap Perjumpaan, ( Medan:
LAPIK, 2016 ) 70-71
[2] Robinson Butarbutar, Citra Pemberitaan Firman Dalam Alkitab ( Jakarta : BPK-GM, 2017).
257-258
[3] Anna Vera Pangaribuan, Penguatan Spiritualitas Pendeta,
( Pematangsiantar : L-SAPA, 2016 ), 79-80
Post a Comment for "Khotbah dan Pengkhotbah"