Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Khotbah 1 Petrus 1: 17-23 Dilahirkan Kembali Oleh Firman Allah

 Khotbah Minggu Misericordias Domini; 23 April 2023

1:17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.

1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,

1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

1:20 Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.

1:21 Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.

1:22 Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.

1:23 Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.

Petrus menulis surat pengharapan yang penuh sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang abadi di dalam Tuhan Yesus Kristus. Hal ini disampaikan Petrus untuk menguatkan mereka yang mengalami penderitaan dan aniaya karena memilih untuk menjadi pengikut Kristus. Petrus mengirimkan surat ini untuk menguatkan orang-orang Kristen, agar setia dalam iman walaupun menghadapi tantangan yang berat. Mereka harus saling mengasihi jangan terjebak kepada kehiupan yang egois. Walaupun hidup dalam lingkungan yang penuh dosa tetapi orang percaya harus menjaga kekudusan hidup. Dalam nats ini, Petrus mengajar tentang Allah yang menebus kita melalui Yesus yang dimana melalui Dia juga kita berhak menjadi bagian dalam Kerajaan Allah. Untuk itu, orang Kristen harus mampu membuktikan imannya dalam perbuatan yang takut dan hormat kepada Allah, serta menerapkan kasih yang benar kepada sasama dengan tulus dan ikhlas. Orang Kristen perlu dan harus hidup dalam kasih karena kasih itulah yang menjadi karakter dan identitasnya sebagai orang-orang yang dilahirkan kembali (lahir baru) oleh karena firman Allah.

Petrus mengingatkan, bahwa Tuhan yang kita sebut “Bapa” tidak memandang rupa, menghakimi semua orang menurut perbuatannya. Semua orang akan menghadapi pengadilan tanpa terkecuali. Pengadilan itu terjadi saat Kristus kembali untuk kedua kalinya. Dalam penghakiman itu segala sesuatu akan di singkapkan tidak ada yang tersembunyi, baik : watak kita (Rm. 2:5-11), perkataan kita (Mat.12:36-37), Perbuatan baik kita (Ef. 6:8), sikap kita (Mat. 5:22), motivasi kita (1Kor. 4:5), kekurangan kasih kita (Kol.3:18- 4:1) dan pekerjaan dan pelayanan kita (1Kor. 3:13). Pendeknya setiap orang percaya akan harus mempertanggungjawabkan kesetiaan dan ketidaksetiaannya kepada Tuhan.

Petrus mengingatkan setiap orang percaya, harus memiliki “rasa takut” ketika dia hidup menumpang di dunia ini. Kata “menumpang” mengandung makna bahwa dunia ini adalah tempat tinggal sementara (bukan tempat tinggal yang tetap). Sebagai orang yang “menumpang” haruslah pintar-printar menempatkan diri, karena sebagai “penumpang” sering kali di curigai, diperhatikan setiap tindak-tanduknya, dicari-cari kesalahannya (kelemahannya). Petrus mengatakan bahwa “rasa takut” sangat dibutuhkan bagi setiap orang percaya untuk menjaga kekudusan. Dalam Kisah Ananias dan Safira yang sepakat  membohongi Tuhan berakhir pada kematian, yang menimbulkan rasa takut bagi semua jemaat (Kis. 5:11) peristiwa ini menimbulkan kerendahan hati dan rasa kagum akan kuasa Tuhan hingga mereka takut melakukan kejahatan. Tanpa rasa takut akan Tuhan manusia tidak akan pernah menghindari dosa. Rasa takut akan Tuhan juga sebagai wujud ucapan syukur karena sudah “ditebus” dari hidup yang sia-sia. Istilah “ditebus” sering kita temui di dunia “pegadaian”, barang yang digadaiakn tidak lagi sepenuhnya menjadi milik kita, perlu tebusan/bayaran untuk mengembalikan status barang itu agar menjadi milik kita sepenuhnya. Istilah “dibayar” sering kita temui di dunia perdagangan, ketika barang sudah di bayar maka pihak pembayar memiliki “hak penuh” terhadap barang yang di bayar. Di zaman dulu istilah tebusan seringkali di perhadapken dengan urusan “budak” seorang budak sering diperlakukan seperti “barang” yang dapat diperjualbelikan (digadaikan) hidupnya hanya sebatas pekerjaannya, tidak punya nilai pada dirinya sendiri, hidupnya hanya menunggu kapan dia sakit…kapan dia tidak sanggup lagi bekerja akan di campakkan (dilupakan), habis manis sepah dibuang” tidak ada penghargaan atas pekerjaannya, inilah yang dimaksud dengan hidup yang sia-sia, tidak punya harapan masa depan.

Kita berharga bukan karena kita memiliki sesuatu yang “mahal” dimata-Nya, karena tentu segala hal yang kita miliki adalah milik dan pemberian Tuhan, maka kita sebenarnya tidak memiliki apapun. Akan tetapi perhatikan, kita menjadi berharga oleh karena Ia dengan kasih-Nya menjadikan kita berharga—itulah anugerah! Seberapa berharganya kita dijabarkan dalam firman Tuhan ini, kita lebih berharga dari emas dan perak! Harga penebusan yang dibayar Kristus bagi kita adalah dengan darah-Nya! Harga penebusan hidup kita dibayar oleh Kristus dengan menyerahkan hidup-Nya. Bahkan Ia membayar harganya bagi kita, justru ketika kita masih dalam keadaan berdosa, kita hidup dalam cara hidup yang sia-sia, jahat, jijik, pembohong, cabul, dan layak menerima penghukuman Allah (Rm. 5:8). Adakah harga penebusan yang lebih mahal dari nyawa Kristus? Nyawa dari Anak Tunggal Allah yang dikasihi? Siapakah yang berani menebus dosa orang-orang jahat seperti kita dengan menyerahkan nyawa-Nya? Mati menggantikan orang-orang saleh, pemuka agama, untuk negara, mungkin masih banyak yang bersedia, namun mati menggantikan para penjahat orang-orang berdosa seperti kita, adakah yang bersedia? Tidak ada!, Hanya Kristus yang bersedia! Dia bahkan membayar harga yang sangat mahal, yaitu dengan darah-Nya yang kudus. Itu artinya hidup kita sangat berharga! Lebih berharga dari emas dan perak, lebih berharga dari orang-orang hebat di dunia ini, lebih berharga dari segala sesuatu di dunia ini yang oleh karenanya orang bersedia mati. Kita berharga karena Allah mengasihi kita. 

“Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana”. Kelahiran baru ia jadikan suatu alasan lain mengapa kita harus menguduskan diri. Bukan dari benih yang fana (benih yang bisa rusak, busuk, mati). ‘Benih’ yang benar (dari Allah) merupakan elemen kasih karunia yang perlu untuk kehidupan, sifat/ kecenderungan yang baru, gambar Allah yang dipulihkan / diperbaiki. Ini sama dengan apa yang Yohanes maksudkan pada waktu ia berkata: ‘benihNya (yaitu, benih Allah) tetap ada di dalam dia’ (1 Yoh. 3:9). Benih yang tidak fana itu adalah firman Allah yang hidup dan yang kekal.

Sebagai orang Kristen, tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa kasih Allah itu belum sempurna bagi kita. Mengapa.? Karena untuk membuktikan betapa besar kasih-Nya kepada kita, tidak hanya berkat saja yang Dia anugerahkan kepada kita, namun Anak-Nya yang tunggalpun Dia korbankan demi keselamatan kita. Yang perlu kita pertanyakan adalah, apakah yang telah saya korbankan untuk Tuhan selama saya mengenal-Nya. Allah tidak pernah menuntut banyak hal dari kita. Allah menginginkan kita untuk setia mempertahankan jati diri, identitas dan karakter kita sebagai pengikut Kristus, yaitu hidup dalam kasih, dan kitalah kasih itu. Yesus sendiri merangkum semua etika hidup manusia (Hukum Taurat) menjadi hukum kasih (Mat. 22:37-40). Perikop ini mengajak dan menasehatkan kita untuk menunjukkan identitas itu dalam hidup kita. Kita diperintahkan untuk mengasihi dalam cara yang lebih mulia dan tulus ikhlas kepada semua orang tanpa memandang latar belakang, status sosial dsb. Hal-hal seperti itu yang perlu kita lakukan sebagai ucapan syukur atas penebusan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dan sebagai tanda dan bukti kita sudah dilahirkan kembali (hidup baru) oleh firman Allah.

Pdt. Erik Sunando Sirait
Pdt. Erik Sunando Sirait Anak Pertama dari 7 bersaudara, ibu yang melahirkan boru Simalango (Parna), Istri Lilis Suganda Lumban Gaol dan sudah dikaruniakan 3 Putri yang cantik Sheena Syelomitha Sirait Serefina Faith Sirait Shiloh Hope Sirait

Post a Comment for "Khotbah 1 Petrus 1: 17-23 Dilahirkan Kembali Oleh Firman Allah"