Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Khotbah Filipi 4: 1-7 Jangan Kuatir Tentang Apapun Juga

 Minggu Rogate; 14 Mei 2023

4:1 Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!

4:2 Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.

4:3 Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.

4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

4:5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!

4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

Salah satu sumber penyebab kehilangan sukacita adalah rasa kekuatiran. Ini juga yang dilihat rasul Paulus sehingga dinyatakan janganlah kuatir tentang apapun juga. Meski tidak dijelaskan kekuatiran apa yang terjadi pada jemaat itu. kekuatiran itu diduga bukan dari faktor-faktor materi, tetapi lebih kepada status, kesombongan, dan juga harga diri. Banyak pihak yang bersengketa atau bertengkar tidak mau memulai perdamaian karena ada pandangan, siapa yang menawarkan perdamaian terlebih dahulu adalah mereka yang mengaku kesalahan. Merekah yang mengalah dianggap sebagai orang yang salah, padahal itu jelas berbeda: antara mengalah dan salah. Orang yang mengalah memang sedikit harus kalah dalam artian tidak menang terus-menerus tetapi yang mengaku kalah justru sering menjadi pemenang. Alkitab juga memberikan contoh, mereka yang mengalah justru yang diberkati, sebagaimana Abraham mengalah terhadap Lot dan Daud mengalah pada Saul. Kekuatiran itu harus diganti menjadi damai sejahterah dan sukacita. Seperti lagu Rohani yang sering kita dengar bahkan sering kita nyanyikan “Siapakah diantara kamu yang karena rasa kuatirnya dapat menambahkan satu hasta saja kepada jalan hidupnya” (Mat 6:27; Luk 12:25). Yang artinya disini kekuatiran itu tidak akan menambah apapun juga dalam hidup kita.

Siapa pun orangnya, entah itu pria atau wanita, tua atau muda, orang kaya atau miskin, orang berpangkat atau pegawai rendahan, tinggal di kota, desa, di lereng gunung atau di daerah pelosok, semuanya pasti pernah merasa kuatir. Adalah bohong jika ada orang yang berkata, "Seumur hidup aku tidak pernah kuatir.", karena rasa kuatir adalah bagian dari kehidupan manusia. Merasa kuatir itu wajar, tapi kita tidak boleh larut dalam kekuatiran setiap hari atau keterusan hidup dalam kekuatiran. Lalu bagaimana caranya agar tidak hidup dalam kekuatiran?

Pertama: Membangun keakraban dengan Tuhan setiap hari, karena kehadiranNya melenyapkan kekuatiran dan membuat damai sejahtera. Perhatikan, di ayat 1, Paulus meminta gereja untuk berdiri teguh dalam Tuhan, di ayat 4, Paulus meminta jemaat untuk "bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan," keduanya sangat erat berhubungan. Persekutuan yang mampu berdiri teguh (setia) berarti mempunyai keakraban yang baik dengan Tuhan sehingga melahirkan sukacita. Dengan kata lain, hanya mereka yang teguh berdiri yang akan dapat senantiasa bersukacita. Saat kita berhadapan dengan masalah dan ujian, dan kita bias menang atas setiap pergumulan oleh kasih karunia Tuhan, maka kita pasti akan dipenuhi oleh sukacita yang datang dari kemenangan itu. Sebaliknya, jika kita menyerah dan gagal saat kesusahan dan ujian datang, kita pasti akan merasa bersalah, menyalahkan diri kita dan jatuh ke dalam keputusasaan.

Kedua, hidup yang sehati sepikir di dalam Kristus (ay. 2-3). Di sini Paulus pertama kali menyebut nama dua kakak adik yang bernama Euodia dan Sintikhe. Kita tidak tahu banyak tentang mereka berdua karena nama mereka hanya muncul satu kali saja di sini, dan tidak di tempat lain. Pada awalnya, perselisihan di antara Euodia dan Sintikhe adalah masalah di antara mereka berdua, lalu mengapa Paulus menanggapinya dengan sangat serius, sampai menyebutkan secara terbuka di dalam surat? Sebab diperlukan hidup yang sehati sepikir dari para pelayanan agar terhindar dari kekuatiran perpecahan dalam tubuh Kristus. Ketiga, hidup yang berdoa dan bersyukur (ay. 6). Terkadang sebagai manusia kita di kuasai oleh kekuatiran yang tidak beralasan bahkan tidak terbukti sama sekali hal tersebut tentunya akan mencuri damai sejahtera kita, oleh karena itu kita harus dapat mengalahkan rasa kuatir seperti itu agar beroleh kebahagiaan.

Dan dalam suratnya kepada jemaat di filipi, Paulus mengingatkan orang yang percaya agar senantiasa bersukacita, berbuat baik, tidak kuatir dalam segala hal dan bertekun dalam doa, semua ini akan mendatangkan damai sejahtera di hati manusia, namun untuk mendapatkan berkat itu kita harus menuntun pikiran kita sebab tanpa kendali, pikiran kita yang sering membawa kita ke hal-hal yang yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan seperti anak panah yang selalu memiliki arah saat berpikir. Dan hari kita diingatkan untuk memegang kendali atau pikiran kita, kendali itu adalah Firman Tuhan yang mengarahkan pikiran kita sesuai dengan kebenaran Tuhan akan membimbing cara pikir kita.

Dalam permasalahan hidup kita tidak bisa membayangkan situasi hidup kita untuk tidak kuatir tentang apapun juga. Kita bisa kuatir tentang pekerjaan di kantor, tentang keadaan rumah, di sekolah, atau di lain persoalan, akan tetapi rasul paulus menasihatkan jemaatnya agar merubah kekuatiran itu menjadi doa, begitu halnya dengan kita Tuhan tidak akan meninggalkan kita dalam menghadapi permasalahan diluar batas kemampuan kita karena Tuhan senantiasa mendengar dan siap mengabulkan permohonan kita karena menurut firman minggu ini tambahlah waktu kita untuk berdoa, ketika kita merasa kuatir, maka hentikan kekuatiran-Mu itu dengan mulailah berdoa kepada Tuhan Yesus karena doa merupakan jalan keluar dari permasalahan hidup kita sehari-hari untuk itu nyatakanlah semua dengan ucapan syukur lewat iman kita yang disertai dengan rasa percaya sepenuhnya kepada Tuhan.


Pdt. Erik Sunando Sirait
Pdt. Erik Sunando Sirait Anak Pertama dari 7 bersaudara, ibu yang melahirkan boru Simalango (Parna), Istri Lilis Suganda Lumban Gaol dan sudah dikaruniakan 3 Putri yang cantik Sheena Syelomitha Sirait Serefina Faith Sirait Shiloh Hope Sirait

Post a Comment for "Khotbah Filipi 4: 1-7 Jangan Kuatir Tentang Apapun Juga"