Khotbah Matius 9: 18-26 Diselamatkan Karena Iman
Minggu 1 Set. Trinitatis; 11 Juni 2023
9:18 Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup."
9:19 Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
9:20 Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya.
9:21 Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
9:22 Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.
9:23 Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut,
9:24 berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia.
9:25 Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu.
9:26 Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.
Perikop khotbah pada saat ini
menceritakan tentang dua orang tokoh yang imannya begitu luar biasa. Yang
pertama seorang kepala rumah ibadat. Anaknya baru saja meninggal. Ia pun datang
kepada Yesus dengan keyakinan bahwa anaknya itu akan hidup kembali asal saja
Yesus menyentuh jenazahnya. Berikutnya adalah seorang perempuan yang lama sakit
pendarahan. Perempuan itu yakin bahwa cukup dengan menyentuh jumbai jubah
Yesus, penyakitnya pasti akan sembuh. Dua orang itu memiliki persamaan.
Keduanya menanggung beban hidup yang berat. Dalam situasi tersebut, mereka
sama-sama berharap pada Yesus. Mereka percaya, Yesus sanggup mengangkat derita
itu dari pundak mereka. Iman membuat mereka berdua bersikap gigih, tidak mau
menyerah pada keadaan. Tidak peduli anaknya sudah mati, tidak peduli
penyakitnya parah, tetap saja mereka menjumpai Yesus.
Kedatangan penjaga rumah ibadat, yaitu
Yairus kepada Yesus, tentu adalah hal diluar dugaan, kerena biasanya, sebagai
seorag penjaga rumah ibadat Yahudi, maka dia pasti benci kepada Yesus. Namun
dalam perikop ini dikatakan bahwa peristiwa itu atau kedatangannya terjadi
secara tiba-tiba. Karena ada kebutuhan yang sangat mendesak di dalam hidupnya,
akhirnya memutuskan untuk menjumpai dan menyembah Yesus. Kebutuhan itu adalah
“hidup” bagi anaknya perempuan yang sudah dinyatakan meninggal. Tentu sebagai
orangtua, Yairus telah berusaha semaksimal mungkin melakukan upaya untuk
kesembuhan anaknya, namun semuanya gagal. Dalam keputusasaan, kelelahan dan
kesusahan itulah, akhirnya Yairus memberanikan diri datang kepada Yesus.
Kedatangannya kepada Tuhan karena persoalan hidup yang terjadi, akhirnya iman
menuntunnya kepada suatu tindakan konkrit, memilih, mencari, berharap dan
beriman kepada Yesus. Yairus melihat bahwa satu-satunya jalan keluar dari
persoalannya hanyalah Yesus. Pengharapan itu diungkapkannya pada Yesus dengan
memohon agar Yesus datang ke rumahnya dan meletakkan tanganNya atas anak
perempuan itu. Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama
dengan murid-murid-Nya.(ayat 19) Kepada kepala rumah ibadat ini Yesus tidak
mengatakan apa-apa, dan juga, terhadapnya Yesus tidak menguji imannya. Yesus
segera bertindak. Ia bangkit dan mengikuti kepala rumah ibadat ini.
Namun dalam perjalanan menuju rumah
Yairus seorang perempuan yang sakit pendaharan selama 12 tahun maju mendekati
Yesus secara diam-diam. Perempuan ini telah menderita dua belas tahun lamanya
dan selama itu pula ia dianggap najis! Orang-orang di sekitarnya pun harus
berhati-hati terhadap dia. Jika ia sudah bersuami, besar kemungkinan suaminya
terpaksa meninggalkannya, karena jika suaminya tetap tidur bersama dengan dia,
suaminya juga akan menjadi najis. Jika ia belum menikah, laki-laki mana yang
sudi menikah dengan perempuan seperti ini? Perempuan ini bukan saja menderita
secara lahiriah, tetapi juga secara batiniah. Jiwanya tentu sakit dan kesepian.
Mungkin juga, orang-orang segera menyingkir dengan perasaan jijik setiap kali
melihat perempuan ini. Maka, seandainya perempuan ini punya pesuruh, dia akan
lebih baik tinggal di rumah dan menyuruh suruhan menemui Yesus. Berhubung ia
orang biasa saja, ia harus bersusah payah menahan malu dan pergi mencari Yesus.
Ketika Yesus tiba di rumah kepala
rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut.
Tamu-tamu yang datang turut meratap sebagai tanda simpati terhadap keluarga
kepala rumah ibadat itu. Tidak ketinggalan pula para bawahan kepala rumah
ibadat itu menyatakan berbelasungkawa. Disituasi keriuhan bunyi seruling dan ratap
tangis inilah tiba-tiba datanglah Yesus tanpa wajah pucat, apalagi setetes air
mata, melainkan dengan kata-kata: "Pergilah, karena anak ini tidak mati,
tetapi tidur." Tentu mendengar perkataan Yesus itu membuat mereka
menertawakan Yesus! (ayat 24). Mereka menertawakan Yesus, karena mereka tidak
tahu siapa Yesus. Mereka tidak tahu bahwa Yesus memiliki kuasa baik atas hidup
maupun atas maut. Bahkan, Ia memiliki kuasa atas setiap tarikan dan hembuskan
napas yang dihasilkan untuk mewujudkan suara tawa itu!
Maka tersiarlah kabar tentang hal itu
ke seluruh daerah itu (ayat 26) kalau kita menggunakan istilah sekarang
kejadian itu menjadi Viral. Inilah akhir dari penuturan Matius. Saat itu belum
ada media sosial seperti pada saat ini yang mana penyebaran informasi bisa
begitu cepat. Namun, orang-orang tidak jemu-jemu menyampaikan berita itu dari
mulut ke mulut hingga seluruh daerah itu mengetahuinya karena memang sungguh
banyak hal baru yang telah dibukakan melalui peristiwa itu. Pertama, di mata
Yesus ternyata tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal
memperoleh belas kasihan-Nya. Yesus pun tidak memandang kedudukan atau status
sosial. Identitas pribadi bukan masalah bagi-Nya. Oleh karena itu, siapapun
kita, janganlah ragu untuk datang kepada Yesus. Kemudian Yesus tidak akan
berlambat-lambat menanggapi iman kita sekalipun iman kita hanya sebesar biji
sesawi. Dia pasti memberikan pertolongan tepat pada waktunya.
Iman Kepala rumah Ibadat dan perempuan
yang sakit pendarahan itu membuat mereka
mengalami pertolongan Tuhan. Yesus menyambut hangat iman mereka. Ia pun
berkenan memenuhi harapan keduanya: yang sakit diberi-Nya kesembuhan, yang mati
diberi-Nya kehidupan. Bagi sebagian orang, penderitaan menghancurkan iman,
sebab di situ kepedulian dan kasih sayang Tuhan tidak lagi mereka rasakan. Bagi
yang lain, penderitaan justru meneguhkan iman, sebab dalam saat-saat berat,
berkat dan perlindungan Tuhan justru tampak secara nyata. Dalam kelompok mana
kita termasuk? Tidak peduli seberapa buruk kondisi Kita hari ini atau seberapa
jauh Kita telah meninggalkanNYA, di saat Kita percaya dengan IMAN Kita, dan
mulai mendekat menyembah serta menjamah jubahNYA, Kita akan melihat sesuatu
yang besar terjadi di dalam hidup Kita, sesuatu yang mengubah, memulihkan, dan
menggerakan Kita. menjamah jubah Yesus, itu berarti kita bergerak mendekati
Dia, tidak mungkin kita menyentuh jubah Yesus dari jauh tetapi harus dekat.
Bergerak mendekati Yesus itu berarti kita membangun sebuah keintiman, membangun
sebuah relasi dengan Yesus yang sanggup untuk menyembuhkan. menjamah jubah
Yesus itu juga berarti kita menyadari kerapuhan dan keterbatasan diri kita
sebagai seorang manusia di hadapan Tuhan yang Maha Besar. ketika kita menyadari
siapa diri, menyadari kerapuhan dan keterbatasan yang ada dalam diri kita maka
ketika itu kemahakuasaan dan kebesaran Tuhan akan mengangkat kita dan berkata,
"Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Post a Comment for "Khotbah Matius 9: 18-26 Diselamatkan Karena Iman"