Khotbah Roma 7: 15 - 25 Mencintai Hukum Allah
Jemaat Roma adalah jemaat yang
ditinggali oleh orang berdiaspora yaitu orang Yahudi dan Yunani yang datang
dari beragam tempat. Roma adalah pusat
perekonomian kekaisaran Romawi. Surat Roma dituliskan Rasul Paulus sekitar
tahun 56 M ketika Rasul Paulus melakukan penginjilan di Korintus untuk “memberikan
karunia rohani”. Surat ini ditulis kepada jemaat Roma melalui Tertius
sebelum sampai ke spanyol. Orang Kristen di Roma harus menghadapi beragam
persaingan dari budaya dan agama. Dari sosial budaya yaitu mengikutkan budaya
Romawi yang Hierarchis, kelompok-kelompok suku, peperangan melawan yang
tidak sekelompok atau agama, dan perbudakan. Jadi Paulus menulis Surat ini
karena adanya persoalan dan perselisihan pada orang Kristen di Roma karena iman
nya kepada Yesus Kristus.
Nats ini diawali dengan sebuah
pengakuan dari Paulus yang telah bertobat, yang mencintai hukum Allah, yang
mencoba untuk menaatinya dan melayaninya yaitu sebuah pengakuan tentang
keberadaan dirinya, apa yang dilakukan dan yang dialami Paulus sebagai sesuatu
yang bertentangan pada pemahamannya. Pada ayat 15-16, Paulus menyampaikan
bahwa: “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang
aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku
perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui,
bahwa Hukum Taurat itu baik”. Sebenarnya merupakan ungkapan seseorang
yang berada dalam sebuah titik kebingungan akan dirinya sendiri. Rasul Paulus
mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang salah, tetapi
ternyata dia mengalami kesulitan bagaimana mengatasi hal yang salah tersebut.
Ada pertentangan antara “keinginan” dan “ketidakmampuan” kondisi ini
membuktikan dua hal yaitu bahwa Taurat adalah baik dan bahwa Dosa begitu
menguasai manusia. Mereka berusaha menaati hukum Allah tanpa Kasih Karunia
Kristus yang menyelamatkan menentukan bahwa mereka tidak sanggup melaksanakan
maksud baik hatinya. Mereka bukan penguasa atas diri sendiri; kejahatan dan
dosan berkuasa di dalam dirinya, dan menjadi hamba kejahatan dan dosa.
Pada ayat 17-20, Rasul Paulus
berfokus pada dosa yang menjadi penyebab ketidakmampuan manusia untuk melakukan
yang baik. Paulus menyadari bahwa dosa yang ada dalam dagingnya ada
pertentangan yang terjadi dalam diri Paulus, dia sebagai manusia oleh karena
dosa menyebabkannya tidak mampu melakukan hal yang baik meskipun ada keinginan
untuk melakukan yang baik, ternyata dosa dalam dagingnya menjadi penghalang
bagi Paulus untuk melakukan hal yang baik dalam hidupnya. Pengaruh dosa
akhirnya diakui oleh Paulus sebagai sesuatu yang menjadi batu sandungan dan
Paulus menyadari bahwa perbuatan jahat dan dosa bukanlah apa yang
dikehendakinya tetapi justru dia tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan yang
dikehendaki yaitu perbuatan baik. Dan akhirnya Paulus melihat bahwa dosa dalam
hidupnya membuatnya lemah. Paulus menegaskan bahwa dia yang melakukan apa yang
jahat tetapi dosa yang ada dan diam didalam dirinya yang menghasilkan apa yang
Paulus benci. Dalam Galatia 5:17 Rasul Paulus mengkategorikan hal yang baik dan
batin itu adalah kekuatan roh, dan hal yang jahat itu adalah kekuatan daging. “Sebab
keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan
dengan keinginan daging, karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali
tidak melakukan apa yang kamu kehendaki”.
Pada ayat 21-23, Rasul Paulus
menekankan bahwa tidak satupun manusia di dalam dunia ini terbebas dari dosa,
karenanya tidak seorangpun yang layak untuk diselamatkan, baik mereka yang
hidup dalam aliran yang tidak mengenal Allah maupun mereka yang mengetahui
hukum dan mencoba memelihara hukum itu. Manusia lahiriah diperadukan dengan
manusia batiniah yang dilengkapi oleh akal budi sebagai wujud hukum Allah, bila
kita merasa takkluk dalam pertentangan batin itu maka kembalilah pada dasar
kehidupan kerohanian kitayakni yang dosa-dosa kita telah dibebaskan oleh hukum
kasih karunia (bnd. 2 Kor 4:16). Menjadi tawanan (hukum) dosa berarti ada
benih-benih atau racun tubuh kita yang berkembang menjadi dosa. Maka setiap
orang yang sudah mengalami dan menerima kasih karunia melalui pembebasan dosa
perlu mengingat firman-Nya “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia
telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (Gal 5:24).
Pada ayat 24-25, seuan Paulus
mengatakan “aku manusia celaka!” dari apa yang dialami Paulus
dengan merasakan konflik hidup di mana di satu pihak ia masih hidup dalam
daging, tetapi di lain pihak ia berada dalam Kristus. Di dalam daging berarti
berada dalam tubuh kematian “Siapakah yang melepaskan aku dari tubuh maut
ini?”. Tubuh maut di sini adalah sama dengan tubuh kematian yang
mengacu pada tubuh dimana di dalamnya ada dosa dan juga kematian tubuh secara
Rohani maka tubuh inilah yang perlu dilepaskan. Tubuh dan daging memang menjadi
ajang pertempuran oleh hukum dosa dan hukum Allah, tetapi kita akan menjadi
pemenang ketika kita berhasil melewati pergumulan itu bersama Yesus Kristus
Tuhan kita. Maka ketika kita percaya kepada Yesus, kita akan memperoleh kuasa
yang luar biasa dari-nya karena kuasa itu pemeliharaan Allah untuk kemenangan
kita atas dosa dan mengangkat kita pada kemenangan. “Syukur kepada Allah!
Oleh Yesus Kristus Tuhan kita.”
Ternyata dalam keberimanan kita
kepada Allah, kita juga akan tetap hidup dalam perjuangan dan pertarungan. Kita
diperhadapkan dalam dua hal bertentangan, yaitu antara keinginan untuk berbuat
baik dan keinginan untuk berbuat jahat. Dan kondisi yang membuat kita berada
dalam kesulitan dimana dosa dan daging menjadi lemah dan membuat kita
terbelenggu/tertawan dalam perbuatan jahat. Tentu dalam kondisi ini, yang
semestinya kita percayai itu ialah Tuhan Allah melalui Yesus Kristus memberi
kemenangan bagi setiap orang yang berada dalam pertarungan iman. Dia akan
memberi Kuasa dari Roh-Nya, sehingga umat yang berharap akan kemenangan
dari-Nya, menerima kemenangan itu. Maka setiap umat percaya harus berbuat baik
dan melakukan hukum Allah, sehingga bila kita mengalami kesulitan karena
lemahnya daging, datang dan berserulah kepada Allah maka hidup kita menjadi
hidup yang penuh dengan ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus.
Post a Comment for "Khotbah Roma 7: 15 - 25 Mencintai Hukum Allah"