Khotbah Yohanes 10: 11 - 18 Yesus Gembala yang Baik
Minggu Jubilate; 21 April 2024
10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
10:12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
10:13 Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.
10:14 Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku
10:15 sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.
10:16 Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
10:17 Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.
10:18 Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."
Perikop
“Akulah Gembala yang Baik” berlatar belakang kisah tentang orang yang buta
sejak lahir (9:1-34). Yesus menyembuhkan orang buta itu, sehingga memicu
kontroversi dengan orang-orang Farisi, yang menolak percaya bahwa Yesus telah
melakukan mukjizat dan mencoba mendiskreditkan Yesus. Kisah tersebut berakhir
dengan orang yang tadinya buta memberikan kesaksian tentang Yesus dan
orang-orang Farisi mengusirnya, suatu kejadian
yang ironis di mana orang yang tadinya buta itu diberkati dengan wawasan rohani
serta penglihatan fisik sementara para pemimpin rohani Israel menolak untuk
melihat sebuah fakta yang Yesus angkat dalam pengajaranNya tentang kebutaan rohani (9:35-41). Yesus
kemudian menggunakan berbagai metafora pastoral tentang domba, penjaga gerbang,
dan pintu gerbang kandang domba (10:1-10), pertama-tama memperkenalkan diri-Nya
sebagai pintu gerbang kandang domba (ay.7) dan kemudian sebagai gembala yang
baik (ay.11). . Ia membandingkan dirinya dengan pencuri, penyamun yang tidak
masuk melalui pintu gerbang (ay.1) dan orang asing yang tidak mau diikuti oleh
domba (ay.5). Kemudian ia membandingkan dirinya dengan pekerja upahan yang
seharusnya menggembalakan domba, namun sebenarnya hanya mementingkan
kesejahteraan pribadinya (ay.12-13). Bagi
Yesus, menggunakan teladan menjadi seorang gembala yang baik adalah hal yang
masuk akal, karena hal itu merupakan salah satu pekerjaan utama di seluruh
Palestina pada zamannya. Pendengarnya tahu tentang mereka. Orang-orang yang
memelihara kawanan domba berasal dari tingkat sosial ekonomi terendah, dengan
sedikit atau tanpa pendidikan sama sekali. Namun, mereka mempunyai tanggung
jawab penting untuk menyediakan dan melindungi domba, terkadang dengan pengorbanan.
“Akulah bahasa Yunani “ego eimi” gembala yang
baik” (ayat 11a). Ego eimi adalah
ungkapan penting dalam Injil Yohanes ini,
yang memuat sejumlah ungkapan “Akulah”: Ego eimi,
Akulah dia (4:26); Ego eimi,
Akulah roti hidup (6:35); Ego eimi,
Akulah roti hidup (6:51). Ego eimi,
Akulah terang dunia (8:12; 9:5); Sebelum
Abraham ada, Ego eimi (8:58); Ego eimi,
Akulah pintu domba (10:7); Ego eimi, Akulah pintunya
(10:9); Ego
eimi, Akulah gembala yang baik (10:11); Ego eimi,
Akulah kebangkitan dan hidup (11:25); Ego eimi,
Akulah jalan, kebenaran, dan hidup (14:6); Ego eimi,
Akulah pokok anggur yang benar (15:1). Ego
eimi
dapat dipahami sebagai perkataan yang mengacu pada perjumpaan Musa
dengan Tuhan berabad-abad sebelumnya. Pada kesempatan itu, ketika Musa menanyakan
nama Tuhan, Tuhan menjawab, “Katakanlah ini kepada umat
Israel: 'AKUlah yang mengutus Aku kepadamu'” (Keluaran 3:14). Dalam ayat
tersebut, “AKU” adalah “ego eimi”.
Selain itu, dalam Yesaya 40-55, Tuhan menggunakan frasa “Akulah” ini berulang
kali untuk merujuk pada diri-Nya sendiri. Dengan kata lain, ego eimi dapat diartikan sebagai
nama Tuhan. Ketika Yesus menggunakan kata ego eimi pada
dirinya sendiri, dia secara halus mengidentifikasi dirinya sebagai Tuhan. Pernyataan
ego eimi ini memberitahu kita
bahwa Yesuslah yang dapat memenuhi kebutuhan dan kerinduan terdalam kita.
“Gembala
yang baik memberikan nyawanya demi domba-dombanya” (ayat 11b). Hal ini
mengingatkan kita pada Daud, anak gembala yang membunuh singa dan beruang demi
membela dombanya (1 Samuel 17:35-36). Tentu saja beberapa penggembala
kehilangan nyawanya saat mencoba melindungi dombanya dari binatang liar atau
pencuri. Menjadi seorang gembala bukan untuk mereka yang penakut. Namun Yesus
lebih dari itu. Gembala yang baik akan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi
dombanya, tetapi itu berbeda dengan menyerahkan nyawanya. Gembala yang
mempertaruhkan nyawanya demi dombanya tidak berharap mati, tapi berharap untuk
hidup. “Gembala yang baik memberikan nyawanya demi domba-dombanya” (ayat 11b).
Meskipun seorang gembala yang baik tidak pergi ke ladang dengan niat untuk
mati, Yesus akan melakukan hal itu dalam ketaatan kepada Bapa (ayat 18). Yesus
datang ke dunia untuk mati di kayu salib, dan kematian Anak Domba Allahlah yang
menyelamatkan kita dari kematian (1:29; Wahyu 7:17).
Jika
ada gembala yang baik, pasti ada pula gembala yang buruk. Yesus mengontraskan
gembala yang baik, bukan dengan pencuri, melainkan dengan orang upahan.
seseorang yang hanya peduli pada gajinya saja, yang tidak mempunyai kasih
sayang terhadap domba-dombanya dan tidak merasakan tanggung jawab yang besar
terhadap domba-dombanya Orang sewaan seperti itu hanya akan menggembalakan
domba sampai ia menerima tawaran yang lebih baik. Pada waktu itu banyak tuan
tanah dan pemilik domba yang tidak punya waktu karena mengurusi perdagangan di
perkotaan sehingga mempekerjakan gembala-gembala upahan. Dan karena hanya seorang upahan dan bukan
pemilik maka para gembala itu bisa berbuat semaunya terhadap domba-domba yang
dipercayakan kepada mereka. Jika seekor domba tersesat di malam hari, ia dapat
dengan mudah membenarkan tinggal bersama kawanannya daripada mencari domba yang
tersesat. Jika seekor singa mengintai domba, pekerja upahan dapat dengan mudah
membenarkan pengorbanan satu atau dua ekor domba untuk menyelamatkan kawanannya
dan dirinya sendiri.
Aku
adalah gembala yang baik. Aku tahu ( ginosko ) milikku sendiri dan aku dikenal
oleh milikku sendiri” (ayat 14). Dalam ayat 14, gembala yang baik mengenal (
ginosko ) dombanya dan domba-dombanya mengenalnya. Ginosko lebih dari sekadar
pengetahuan, ini melibatkan pengalaman atau
hubungan, Yesus berbicara tentang hubungan yang sangat penting. Yesus yang adalah pintu sekaligus gembala dan
ketika memanggil domba-dombaNya satu persatu maka Dia juga akan memeriksanya
satu persatu. Dan sekiranya ada luka akan dirawat dan yang kotor akan
dibersihkan. Demikian juga dalam hidup kita maka apapun yang sedang kita alami
maka Yesus sang gembala itu tidak hanya melihat kita sebagai kawanan tetapi
juga secara pribadi dimana Dia mengerti semua yang kita alami sehingga kita
bisa merasa tenang. Saat Tuhan mengenal kita, ini juga berarti Ia tahu dengan
jelas semua pergumulan, kepahitan, kekecewaan, dan bahkan semua kebutuhan kita.
Lalu mengapa kita harus kuatir seakan-akan kita berjuang sendiri di dunia ini
tanpa ada yang menolong kita?
Pertanyaannya ialah: “Kenalkah kita dengan gembala kita? Kenalkah kita dengan suara gembala kita?” Jangan sampai kebisingan dunia dan hiruk pikuk kesibukan kita membuat kita kurang mengenal gembala kita dan bahkan tidak dapat lagi mendengar suaranya. Kini yang menjadi pertanyaan, domba seperti apakah Saudara dan saya? Suara siapakah yang Saudara ikuti? Dan yang tak kalah penting, khotbah hari ini akan mengajak kita untuk berdiam sejenak dan bertanya pada diri sendiri, ‘Akukah domba yang baik?’. Sebagai domba, seharusnya kita tetap percaya kepada Tuhan dan tetap berserah walaupun keadaan tidak seperti yang kita harapkan. Tanda kita mengenal Gembala yang benar yakni Tuhan Yesus, kita patuh kepada Firmannya salah satu taat beribadah.
Post a Comment for "Khotbah Yohanes 10: 11 - 18 Yesus Gembala yang Baik"